Maaf.
Satu-satunya kata yang layak aku ucapkan
Satu-satunya ucap yang bisa aku ungkapkan
Maaf.
Atas semua kesedihan yang aku berikan
Atas semua keletihan yang aku sebabkan
Dan semua kekecewaan yang engkau telan karenaku
Maaf.
Karena lidah ini sering kali berkata dusta
Karena mulut ini kadang membentak
Karena bibir ini tak hentinya merengek padamu
Maaf.
Untuk telinga yang kerap tak mendengar nasihatmu
Untuk pikiran yang sering mengabaikanmu
Dan untuk perbuatan yang selalu membangkangmu
Maaf.
Aku tak pernah mengucapkan 'selamat ulang tahun' tiap hari jadimu
Aku tak pernah mengucapkan 'selamat hari ibu' tiap tanggal 22 Desember
bahkan tak pernah untuk sekedar mengatakan 'aku menyayangimu' tiap harinya
Semua itu tak pernah kulakukan karena aku takut hanya akan membuatmu menangis karena begitu lembutnya perasaanmu yang selalu ikut menangis saat ada adegan sedih di sinetron yang tiap sore kau tonton
Aku lebih suka mengajakmu jalan-jalan ke tempat biasanya aku main walaupun setelah itu kau bilang bahwa aku ini bisanya bikin capek saja,
Aku lebih suka mengajakmu makan di restoran favoritku dan teman-temanku walaupun setelah itu kau bilang bahwa aku ini bisanya hanya menghabiskan uang saja,
Aku lebih suka memberimu hadiah sekotak coklat daripada sekuntum bunga kesukaanmu,
Semua itu karena aku hanya ingin engkau lebih mengenalku dan kehidupanku bersama teman-temanku.
Ya, Maafkan egoku yang terlalu tinggi ini. Ibu!
Tapi Sungguh! aku hanya ingin berbagi pengalamanku denganmu
seperti sore ini dimana engkau begitu riangnya tertawa saat kita bertiga bersama bapak juga, naik becak di sepanjang jalanan Jogja
Semuanya begitu tulus. Tak peduli dengan pandangan aneh orang di kanan kiri jalan.
Raut kegembiraanmu... ah aku bahkan tak bisa menggambarkannya dengan kata-kata!
Dan kau bahkan tak tau kan betapa bahagianya aku bisa membuatmu tersenyum seperti itu?
Ibu, aku ingin selalu membuatmu bahagia, dengan caraku sendiri!
Namun sekali lagi Maaf.
Aku telah mengacaukan impian terbesarmu
Aku tak bisa memenuhi harapan hidupmu
Aku menghancurkan cita-cita yang telah kau bangun sejak dulu, sejak aku duduk di bangku kanak-kanak
Aku tak bisa menjadi seperti yang kau harapkan
Maaf, Ibu.
Tapi kan kubuktikan padamu kelak,
Aku bisa membuatmu bahagia dan bangga akan diriku
Akan kutunjukkan...
*memperingati Hari Ibu, untuk Ibuku tercinta :))
Satu-satunya kata yang layak aku ucapkan
Satu-satunya ucap yang bisa aku ungkapkan
Maaf.
Atas semua kesedihan yang aku berikan
Atas semua keletihan yang aku sebabkan
Dan semua kekecewaan yang engkau telan karenaku
Maaf.
Karena lidah ini sering kali berkata dusta
Karena mulut ini kadang membentak
Karena bibir ini tak hentinya merengek padamu
Maaf.
Untuk telinga yang kerap tak mendengar nasihatmu
Untuk pikiran yang sering mengabaikanmu
Dan untuk perbuatan yang selalu membangkangmu
Maaf.
Aku tak pernah mengucapkan 'selamat ulang tahun' tiap hari jadimu
Aku tak pernah mengucapkan 'selamat hari ibu' tiap tanggal 22 Desember
bahkan tak pernah untuk sekedar mengatakan 'aku menyayangimu' tiap harinya
Semua itu tak pernah kulakukan karena aku takut hanya akan membuatmu menangis karena begitu lembutnya perasaanmu yang selalu ikut menangis saat ada adegan sedih di sinetron yang tiap sore kau tonton
Aku lebih suka mengajakmu jalan-jalan ke tempat biasanya aku main walaupun setelah itu kau bilang bahwa aku ini bisanya bikin capek saja,
Aku lebih suka mengajakmu makan di restoran favoritku dan teman-temanku walaupun setelah itu kau bilang bahwa aku ini bisanya hanya menghabiskan uang saja,
Aku lebih suka memberimu hadiah sekotak coklat daripada sekuntum bunga kesukaanmu,
Semua itu karena aku hanya ingin engkau lebih mengenalku dan kehidupanku bersama teman-temanku.
Ya, Maafkan egoku yang terlalu tinggi ini. Ibu!
Tapi Sungguh! aku hanya ingin berbagi pengalamanku denganmu
seperti sore ini dimana engkau begitu riangnya tertawa saat kita bertiga bersama bapak juga, naik becak di sepanjang jalanan Jogja
Semuanya begitu tulus. Tak peduli dengan pandangan aneh orang di kanan kiri jalan.
Raut kegembiraanmu... ah aku bahkan tak bisa menggambarkannya dengan kata-kata!
Dan kau bahkan tak tau kan betapa bahagianya aku bisa membuatmu tersenyum seperti itu?
Ibu, aku ingin selalu membuatmu bahagia, dengan caraku sendiri!
Namun sekali lagi Maaf.
Aku telah mengacaukan impian terbesarmu
Aku tak bisa memenuhi harapan hidupmu
Aku menghancurkan cita-cita yang telah kau bangun sejak dulu, sejak aku duduk di bangku kanak-kanak
Aku tak bisa menjadi seperti yang kau harapkan
Maaf, Ibu.
Tapi kan kubuktikan padamu kelak,
Aku bisa membuatmu bahagia dan bangga akan diriku
Akan kutunjukkan...
Bahwa cita-citaku tak kalah hebat dari cita-citamu :)
*memperingati Hari Ibu, untuk Ibuku tercinta :))
Solo, 22 Desember 2010
Hesti Nuraini