Archive for September 2012

kau harus tahu, tapi tidak sekarang

No Comments »

Terkadang aku hanya ingin kau menatapku, bukan hanya melihatku, sekilas, seolah aku hanyalah bagian padat dari dinding bata. Aku mencoba tersenyum, tapi sedetik sebelum aku melemparkannya, sedikit ruang di otakku terdesak oleh banyak perasaan ragu ; lagipula toh siapa aku?
Aku tidak pernah menginginkan sebuah percakapan mendalam, seulas senyummu padaku kurasa sudah cukup, bahkan berlebihan, karena aku tahu kau tidak tersenyum pada sembarang orang ; sekali lagi siapa aku? Aku tak lebih dari sebuah perpanjangan bayang-bayang kekaguman, manifestasi luar biasa tentang kau di semua bagian cerita. Kau selalu mempunyai bagian tersendiri dalam ceritaku yang kebanyakan melibatkan orang asing dan pangeran ; aku orang asingnya sedangkan kau pangeran-tampan-sempurnanya.
Mudah saja bagimu berjalan melewatiku,tapi bagiku memerlukan lebih dari separo mekanisme pertahanan diriku untuk berada semeter darimu, berpura mengikat tali sepatuku saat kau memandangiku.
Kita tak lebih dari dua orang asing yang tidak saling bicara ; kau tidak mengenalku tapi aku mengenalmu sebaik yang bisa dilakukan orang asing padamu. Kau tahu, aku menyukaimu.
Aku tidak pernah berharap kau akan tahu apa bunga favoritku. Bagiku sudah cukup apabila kau tidak lagi membuang muka jika berjalan melewatiku seakan aku sesuatu yang tidak pantas dilihat atau semacam itu. Tunggu dulu, aku ingat bahwa kau memang tidak pernah menatap mata gadis manapun. Sedikit fakta itu membuatku gembira karena dengan begitu kau tidak akan pernah tahu bahwa aku selalu memandangimu dengan tatapan berbunga. Dan kau tahu, akhir-akhir ini aku mulai merasa sulit mengendalikannya. Barangkali kau harus tahu, tapi yah, kurasa tidak sekarang.

Depok, 19 September 2011

By: Fandita Tonyka Maharani (without any change in every single word)



Bandung, 27 September  2012
Hesti Nuraini

Sekali Teman Tetap Teman

No Comments »

Aku menggetok kepalanya dari belakang dengan buku catatan Fisikaku, 
"Awas ya kamu, Ko! Kembaliin nggak pulpennya! Itu baru aku beli kemarin. Pulpen yang kemarin kamu ilangin aja belum diganti."
Niko, temanku yang satu ini memang punya keahlian dalam hal meminjam-pulpen-tanpa-dikembalikan-sampai-akhirnya-hilang. Ya, dia cukup mengisi hari-hariku di kehidupan seragam putih abu-abu ini dengan berbagai keusilannya.
"Iya... iya, Nda. Aku pinjem pulpennya sebentar ya." pintanya, kali ini dengan nada sedikit sopan, tak seperti biasanya.
"Nggak boleh!" jawabku ketus.
"Galak amat sih, Nda. Kalo nggak boleh minjem pulpen, Niko pinjem hatinya Adinda aja boleh?" tanyanya dengan nada genit sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Apaan sih, Ko!" 
Aku meggetok kepalanya lagi sambil membalikkan badan untuk berjalan menuju tempat dudukku.
Tiba-tiba ada yang meraih tanganku dari belakang, 
"Aku serius, Nda."
***

"Maaf, Nda. Tapi sekarang aku udah ada yang punya."
Empat tahun berlalu begitu cepat. Dan itu adalah kalimat pertama yang dia ucapkan ketika aku meminta penjelasan setelah satu bulan terakhir kami tak berkomunikasi. Aku serasa tak mengenalinya lagi.
"Kamu bohong!"
"Kapan aku pernah bohong sama kamu?"
"Sering! Kamu selalu bohong sama aku. Dulu kamu bilang itu... Sekarang kamu bilang ini... Kamu bohong!" 
Aku memukul-mukul bahunya, masih berharap dia mengakui semua kebohongan ini. 
"Buat apa aku bohongin kamu?"
"Kamu mau nyakitin aku. Kamu dendam sama aku." 
Aku mengungkapkan segala prasangka burukku terhadapnya.
"Hah? Buat apa? Aku serius sama dia. Karena aku pikir... kita sudah berakhir." 
Ucapnya pelahan, aku merasakan tenggorokannya seolah tercekat saat mengucapkan kalimatnya yang terakhir.
"Nggak... Nggak mungkin." 
Aku masih tak bisa mempercayai ini semua. Aku menangis terisak, dan semakin keras saat dia menghambur memelukku.
"Maafin aku, Nda. Tolong kamu jangan seperti ini. Aku tak kuasa melihatmu menagis." 
Ia berusaha menenangkanku dalam pelukannya. Mengusap kepalaku, menyibakkan rambut yang berantakan menutupi wajah. Matanya berkaca-kaca menatapku, mata yang sangat aku rindukan sebulan terakhir ini.
"Nggak... Sekali enggak pokoknya enggak!" 
Rasannya ingin sekali melepaskan diri darinya kemudian menampar pipinya keras-keras hingga dia mengatakan bahwa ini semua tidak nyata. 
Dia semakin erat memelukku, 
"Kumohon jangan menangis. Aku masih menyayangimu, Nda." Bisiknya pelan namun terdengar tulus. 
Kebimbangan melanda lubuk hatiku yang terdalam. Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang harus kulakukan?
Aku melepaskan diri dari pelukannya, mundur satu langkah, menatap matanya lekat-lekat, 
"Perempuan itu, dia cuma pelarian kan, Ko?"
Itu pertanyaan terakhir yang kuharap jawabannya adalah iya. Tapi ternyata dia menggeleng pelan, berbalik menatap mataku dengan lebih tajam, dan memelukku lagi semakin erat.
Dan tembok pertahanan diri yang telah kubangun selama hampir empat tahun ini akhirnya runtuh juga.
"Maafin aku, Nda. Maafin aku..."
Entah berapa lama lagi, tapi aku masih terus ingin menangis di bahunya.

***

"Iya jadi minggu depan aku ada kuliah lapangan ke Kalimantan gitu, Nda. Neliti stupa-stupa di bekas Kerajaan Kutai." 
Dia menjelaskan sembari menyeruput secangkir kopi hitam kesukaannya. Di sudut bibirnya tersisa noda kopi yang belepotan seperti biasanya.
"Hmmm... Semacam seru... Nggak kayak kuliahku yang nggak ada kuliah lapangan. Isinya cuma praktikum melulu di lab. Huuuuuu.... Iri!" Sahutku kesal sambil menunduk lesu.
"Cup...Cup...Cup..., Nda." Dia mengusap rambutku dan sedikit mengacak-acaknya, menenangkanku seperti biasa, menunjukkan lesung pipi andalannya. 
"Salah sendiri mau jadi insinyur, jangan sirik sama aku yang kuliahnya berpetualang terus hahaha..." Tetap saja pada akhirnya dia mengejekku juga.
"Ih nyebelin banget sih..." Aku mencubit lengannya seketika. 
"Eh cewek kamu ikut juga kan ya berarti? Aku ga perlu khawatir kamu tersesat disana berarti, daya ingatmu kan cukup payah hahaha..." Aku gantian mencibirnya.
"Iya, Nda. Putri ikut kok. Tenang aja dia bisa diandalkan dalam hal menjagaku, nggak kayak kamu..." 
Mendengar kalimatnya yang terakhir tentu saja sontak membuat kami berdua tertawa terbahak-bahak. Kalau saja aku mendengar kalimat itu setahun yang lalu, pasti aku sudah menangis tersedu dan marah kepadanya. Tapi sekarang hal itu justru menjadi bahan tertawaan kami berdua, namun tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan tentu saja.
"Hahaha... Sial ya kamu, Ko. Tau deh mentang-mentang udah ketemu yang cocok di hati."
"Iya dong. Niko sama Putri udah cocok banget nih. Adinda jangan sirik ya!"
"Ngapain juga sirik. Yang penting kan aku sama pacar kamu masih cantikan aku wekkkk..." Aku menjulurkan lidahku, mencibirnya karena tak mau kalah.
"Hahaha pasti deh kamu ngeluarin senjata yang itu. Dasar nggak pernah mau kalah ya kamu ini. Kalo masalah cantik emang deh kamu nggak ada tandingannya, Nda." Candanya sambil mengedip-ngedipkan matanya genit. 
"Eh tapi kan cinta itu datangnya dari hati, Nda. Walaupun Putri nggak secantik kamu, tapi dia udah meluluhkan hatiku nih..." Dia melanjutkan tawanya.
"Iya deh iya percaya deh yang udah nggak bisa dipisahin. Burun nikah aja deh sana, Ko!" Aku sendiri juga tidak bisa berhenti tertawa mendengar guarauannya.
"Biarin ye... Kapan lagi bisa menang dari kamu, hahaha... Kamu sendiri gimana, Nda? Kok sampe sekarang belum nemu yang cocok sih? Belum bisa move on dari aku ya?" Tawanya semakin lepas.
"Sorry lah ya... Masa' belum bisa move on dari cowok macem kamu. Malu dong!" Kataku sambil mengangkat dagu, tak mau kalah di hadapannya. 
"Aku udah move on lah dari kamu, Ko. Udah dua kali malahan. Sekarang juga lagi deket sama temen aku yang ganteng, pinter, baik pula, nggak kayak kamu." 
Kutunjukkan foto lelaki yang memang sedang dekat denganku, tentu saja jauh lebih tampan dari lelaki di hadapanku sekarang ini, yang beberapa tahun lalu kuanggap paling tampan sedunia. Dan kami pun melanjutkan tawa kami bersama-sama.

Aku senang sekarang kami kembali menjadi teman, setelah lebih dari lima tahun waktu berlalu. Ya, teman dalam arti kata yang sesungguhnya. Teman yang selalu jujur satu sama lain, mengungkapkan perasaan apa adanya tanpa ada perasaan malu ataupun sungkan. Tempat berbagi cerita dan pengalaman hidup. Tak ada lagi kesedihan, kemarahan, apalagi dendam. Karena sekali teman, akan tetap menjadi teman.





Bandung, 24 September 2012

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT





another-'sumber kebahagiaan'-thing

No Comments »

obrolan sekejap di tengah malam yangg langsung jadi kenangan manis :)
@dcheeRahayu @anagalih @ojankribz @putuadhika27 @primaadiw @Amie_R_R

sweet chats :)

Bandung, 16 September 2012.

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Widyakelana Goes to Kick Andy!

No Comments »

Rabu, 5 Oktober 2012, Widyakelana ITB mendapat undangan untuk nonton Kick Andy langsung di Studio Metro TV Jakarta. Serunya? hmmm.... jangan tanya :D


Zi kemana ya?
*All photos credit to Mas Heru Santosa Wika'11

Bandung, 11 September  2012
Hesti Nuraini

Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

No Comments »

Cerita jalan-jalan saya dan keluarga yang selanjutnya adalah ke Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Mungkin belum banyak yang tahu kalo di area WGM ini telah dibangun semacam taman wisata dan wahana permainan anak-anak yang lumayan oke. Namun kemarin H+1 Lebaran, dan suasananya luar biasa ramai.

Pintu Masuk Wisata WGM Wonogiri
Tiket masuknya cukup murah untuk ukuran liburan hari raya 13k saja per orang + 3k parkir mobil.

Wisata pertama yang saya coba adalah wahana bebek kayuh di waduk (sebenarnya yang saya naiki bukan bebek) hahahaaha untuk naik ini cukup bayar 5k per orang dan bisa kayuh sepuasnya.
Bersama mas'Ob dan Raya naik ikan Nemo :D

Selanjutnya kami naik gajah :D Untuk naik gajah sama saja cukup dengan 5k per orang untuk satu kali putaran. Tapi kebetulan disana ada temen kakak saya yang ternyata temennya bapak yang jual tiket gajah, jadi gratis deh :D


Selain itu ada pula kebun binatang mini yang berisi binatang-binatang dan aneka jenis burung. Naraya seneng banget deh liat binatang-binatang disana :D

Dan kami sekeluarga the real piknik, gelar tiker, makan bekal disana :D

 
 Ketemu Teletubbies di jalan :p buat foto kasih aja sekian ribu rupiah seikhlasnya. *kaya mendadak*

Setelah capek jalan-jalan, saatnya menikmati siang dengan bersantai-santai ria naik kapal di waduk. Untuk menyewa sebuah perahu motor cukup 100k untuk ke keramba, atau 120k untuk ke bendungan. Nah karena kami sekeluarga pengen keduanya jadi dibandrol 200k. Lumayan sih lebih dari sejam menikmati angin sepoi-sepoi, kena cipratan air, lihat burung-burung yang makan ikan dan pemandangan lain, ditambah cerita-cerita menarik tentang waduk dan sekitarnya dari bapak yang ngemudiin perahunya. walaupun cuma di waduk, tapi suasannya ga kalah kok sama di laut, soalnya WGM ini emang luas bangeeeeeeet...
burung-burung di keramba

Pas kami naik perahu, ada juga yang main banana boat, tapi sayang saya ga bawa baju ganti waktu itu jadi terpaksa ga naik. Ga tau juga sih berapa bayarnya. Tapi kayaknya seru, ga kalah sama yang di Bali :/

Nah abis naik perahu, sekitar jam 2-an ternyata pinggiran waduk udah rame banget buat parkir motor. Jadi emang waktu itu kebetulan air lagi lumayan surut, mungkin karena lahan parkir di depan udah penuh jadinya motor-motor itu diparkir di dalem waduknya. Subhanallah penuhnya -,- yah namanya juga hari libur.

Karena ibu sudah muak dengan keramaian tersebut, maka pulanglah kami. eits, tapi pulangnya mampir dulu di Patung Semar :) waktu saya kecil kami sering banget mampir kesini tiap kali mudik ke rumah almarhum simbah Wonogiri.


Itu dia cerita liburan lebaran bersama keluarga saya :D apa ceritamu?

Solo, 20 Agustus  2012
Hesti Nuraini

Atraksi Lumba-Lumba ~ Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta

No Comments »

Liburan akhirnya berlalu juga... Tapi sebelum menghadapi kerasnya realita perkuliahan, saya mau nge-share sedikit cerita wisata saya dan keluarga nih. Yang pertama, saya pergi nonton pertunjukan lumba-lumba unyu :3

Show ini adalah acara eventual yang kebetulan selama dua bulan ini, mulai 2 Juli - 2 September 2012 (kalo ga salah) diadakan di Alun-Alun Utara Kota Solo. Jadi kalo kata mas-mas MC-nya grup ini berasal dari sebuah taman satwa di Kota Kendal yang memang sring mengadakan roadshow ke kota-kota lain untuk memberi hiburan pertunjukan lumba-lumba dan aneka satwa, katanya sih untuk menumbuhkan rasa cinta kepada binatang terutama untuk anak-anak.

Dulu sewaktu kecil, saya juga pernah menonton show lumba-lumba ini. Saya masih inget dulu seneng banget pokoknya liat lumba-lumba. Sekarang saya dan keluarga nonton buat nemenin si kecil Naraya keponakanku tersayang :)

Ada 3 kelas tiket untuk pengunjung. Kelas EKONOMI yang paling murah cukup dibandrol dengan harga tiket 15k saja, dengan tempat duduk di paling ujung pojok. Kelas UMUM dengan 25k memiliki kapasitas paling banyak yaitu tempat duduk di tengah. Dan kelas VIP 35k dengan tempat duduk tepat di depan mengelilingi tepi kolam. Naraya yang belum genap 2 tahun justru bisa masuk tanpa tiket, dan kami yang mengantar justru yang harus membayar -,-

'Penampilan' pertama ada Dona si Burung Kakaktua.

Selanjutnya ada dua hewan semacam berang-berang yang lucu banget :D

Trus ada beruang madu yang ga kalah pinter loh :D

Dan terakhir yang ditunggu-tunggu adalah Si Lumba-lumba unyuw :3

Dicium lumba-lumba :3
Lucu-lucu kan? hihihi pokoknya seneng banget deh nonton show lumba-lumba ini.
Oiya masih ada cerita liburan bersama keluarga yang lain di post selanjutnya  :)


Solo, 13 Agustus  2012
Hesti Nuraini