Showing posts with label writing. Show all posts

Sekali Teman Tetap Teman

No Comments »

Aku menggetok kepalanya dari belakang dengan buku catatan Fisikaku, 
"Awas ya kamu, Ko! Kembaliin nggak pulpennya! Itu baru aku beli kemarin. Pulpen yang kemarin kamu ilangin aja belum diganti."
Niko, temanku yang satu ini memang punya keahlian dalam hal meminjam-pulpen-tanpa-dikembalikan-sampai-akhirnya-hilang. Ya, dia cukup mengisi hari-hariku di kehidupan seragam putih abu-abu ini dengan berbagai keusilannya.
"Iya... iya, Nda. Aku pinjem pulpennya sebentar ya." pintanya, kali ini dengan nada sedikit sopan, tak seperti biasanya.
"Nggak boleh!" jawabku ketus.
"Galak amat sih, Nda. Kalo nggak boleh minjem pulpen, Niko pinjem hatinya Adinda aja boleh?" tanyanya dengan nada genit sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Apaan sih, Ko!" 
Aku meggetok kepalanya lagi sambil membalikkan badan untuk berjalan menuju tempat dudukku.
Tiba-tiba ada yang meraih tanganku dari belakang, 
"Aku serius, Nda."
***

"Maaf, Nda. Tapi sekarang aku udah ada yang punya."
Empat tahun berlalu begitu cepat. Dan itu adalah kalimat pertama yang dia ucapkan ketika aku meminta penjelasan setelah satu bulan terakhir kami tak berkomunikasi. Aku serasa tak mengenalinya lagi.
"Kamu bohong!"
"Kapan aku pernah bohong sama kamu?"
"Sering! Kamu selalu bohong sama aku. Dulu kamu bilang itu... Sekarang kamu bilang ini... Kamu bohong!" 
Aku memukul-mukul bahunya, masih berharap dia mengakui semua kebohongan ini. 
"Buat apa aku bohongin kamu?"
"Kamu mau nyakitin aku. Kamu dendam sama aku." 
Aku mengungkapkan segala prasangka burukku terhadapnya.
"Hah? Buat apa? Aku serius sama dia. Karena aku pikir... kita sudah berakhir." 
Ucapnya pelahan, aku merasakan tenggorokannya seolah tercekat saat mengucapkan kalimatnya yang terakhir.
"Nggak... Nggak mungkin." 
Aku masih tak bisa mempercayai ini semua. Aku menangis terisak, dan semakin keras saat dia menghambur memelukku.
"Maafin aku, Nda. Tolong kamu jangan seperti ini. Aku tak kuasa melihatmu menagis." 
Ia berusaha menenangkanku dalam pelukannya. Mengusap kepalaku, menyibakkan rambut yang berantakan menutupi wajah. Matanya berkaca-kaca menatapku, mata yang sangat aku rindukan sebulan terakhir ini.
"Nggak... Sekali enggak pokoknya enggak!" 
Rasannya ingin sekali melepaskan diri darinya kemudian menampar pipinya keras-keras hingga dia mengatakan bahwa ini semua tidak nyata. 
Dia semakin erat memelukku, 
"Kumohon jangan menangis. Aku masih menyayangimu, Nda." Bisiknya pelan namun terdengar tulus. 
Kebimbangan melanda lubuk hatiku yang terdalam. Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang harus kulakukan?
Aku melepaskan diri dari pelukannya, mundur satu langkah, menatap matanya lekat-lekat, 
"Perempuan itu, dia cuma pelarian kan, Ko?"
Itu pertanyaan terakhir yang kuharap jawabannya adalah iya. Tapi ternyata dia menggeleng pelan, berbalik menatap mataku dengan lebih tajam, dan memelukku lagi semakin erat.
Dan tembok pertahanan diri yang telah kubangun selama hampir empat tahun ini akhirnya runtuh juga.
"Maafin aku, Nda. Maafin aku..."
Entah berapa lama lagi, tapi aku masih terus ingin menangis di bahunya.

***

"Iya jadi minggu depan aku ada kuliah lapangan ke Kalimantan gitu, Nda. Neliti stupa-stupa di bekas Kerajaan Kutai." 
Dia menjelaskan sembari menyeruput secangkir kopi hitam kesukaannya. Di sudut bibirnya tersisa noda kopi yang belepotan seperti biasanya.
"Hmmm... Semacam seru... Nggak kayak kuliahku yang nggak ada kuliah lapangan. Isinya cuma praktikum melulu di lab. Huuuuuu.... Iri!" Sahutku kesal sambil menunduk lesu.
"Cup...Cup...Cup..., Nda." Dia mengusap rambutku dan sedikit mengacak-acaknya, menenangkanku seperti biasa, menunjukkan lesung pipi andalannya. 
"Salah sendiri mau jadi insinyur, jangan sirik sama aku yang kuliahnya berpetualang terus hahaha..." Tetap saja pada akhirnya dia mengejekku juga.
"Ih nyebelin banget sih..." Aku mencubit lengannya seketika. 
"Eh cewek kamu ikut juga kan ya berarti? Aku ga perlu khawatir kamu tersesat disana berarti, daya ingatmu kan cukup payah hahaha..." Aku gantian mencibirnya.
"Iya, Nda. Putri ikut kok. Tenang aja dia bisa diandalkan dalam hal menjagaku, nggak kayak kamu..." 
Mendengar kalimatnya yang terakhir tentu saja sontak membuat kami berdua tertawa terbahak-bahak. Kalau saja aku mendengar kalimat itu setahun yang lalu, pasti aku sudah menangis tersedu dan marah kepadanya. Tapi sekarang hal itu justru menjadi bahan tertawaan kami berdua, namun tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan tentu saja.
"Hahaha... Sial ya kamu, Ko. Tau deh mentang-mentang udah ketemu yang cocok di hati."
"Iya dong. Niko sama Putri udah cocok banget nih. Adinda jangan sirik ya!"
"Ngapain juga sirik. Yang penting kan aku sama pacar kamu masih cantikan aku wekkkk..." Aku menjulurkan lidahku, mencibirnya karena tak mau kalah.
"Hahaha pasti deh kamu ngeluarin senjata yang itu. Dasar nggak pernah mau kalah ya kamu ini. Kalo masalah cantik emang deh kamu nggak ada tandingannya, Nda." Candanya sambil mengedip-ngedipkan matanya genit. 
"Eh tapi kan cinta itu datangnya dari hati, Nda. Walaupun Putri nggak secantik kamu, tapi dia udah meluluhkan hatiku nih..." Dia melanjutkan tawanya.
"Iya deh iya percaya deh yang udah nggak bisa dipisahin. Burun nikah aja deh sana, Ko!" Aku sendiri juga tidak bisa berhenti tertawa mendengar guarauannya.
"Biarin ye... Kapan lagi bisa menang dari kamu, hahaha... Kamu sendiri gimana, Nda? Kok sampe sekarang belum nemu yang cocok sih? Belum bisa move on dari aku ya?" Tawanya semakin lepas.
"Sorry lah ya... Masa' belum bisa move on dari cowok macem kamu. Malu dong!" Kataku sambil mengangkat dagu, tak mau kalah di hadapannya. 
"Aku udah move on lah dari kamu, Ko. Udah dua kali malahan. Sekarang juga lagi deket sama temen aku yang ganteng, pinter, baik pula, nggak kayak kamu." 
Kutunjukkan foto lelaki yang memang sedang dekat denganku, tentu saja jauh lebih tampan dari lelaki di hadapanku sekarang ini, yang beberapa tahun lalu kuanggap paling tampan sedunia. Dan kami pun melanjutkan tawa kami bersama-sama.

Aku senang sekarang kami kembali menjadi teman, setelah lebih dari lima tahun waktu berlalu. Ya, teman dalam arti kata yang sesungguhnya. Teman yang selalu jujur satu sama lain, mengungkapkan perasaan apa adanya tanpa ada perasaan malu ataupun sungkan. Tempat berbagi cerita dan pengalaman hidup. Tak ada lagi kesedihan, kemarahan, apalagi dendam. Karena sekali teman, akan tetap menjadi teman.





Bandung, 24 September 2012

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT





kucoba menulis cerpen

No Comments »


Sudah hampir tiga jam aku tak beranjak dari kasur empukku. Daritadi yang kulakukan hanyalah gulung-gulung ga jelas ke kanan trus ke kiri trus ke kanan lagi. Kepala rasanya mau pecah, tapi inspirasi itu tak kunjung datang.Ya, disini aku sedang berusaha keras memeras otak untuk membuat sebuah cerita pendek, cerita fiksi lebih tepatnya. Suatu hal yang di masa laluku sangat mudah untuk kulakukan, namun kelihaianku dalam menuangkan ide-ide fiksi ke dalam rentetan kalimat itu meranggas seiring berjalannya waktu. Oke, akan kuceritakan sedikit. Masa-masa sekolah menengah adalah masa kejayaanku dalam menulis cerpen. Hampir tiap hari aku menulis tapi idenya terus saja mengalir ga habis-habis, mungkin karena waku itu aku juga sangat gemar baca novel, yah novel-novel remaja gitu lah yang sesuai dengan umurku. Tapi sekarang, entah karena masa ‘puber’ku yang sudah lewat, atau memang jenis bacaanku yang sudah beralih dari cerita-cerita fiksi khas remaja menjadi tulisan-tulisan non-fiksi serius penuh retorika ala mahasiswa. Harus kuakui memang, sekarang aku sudah sangat jarang membaca novel alih-alih kegiatanku di kampus yang memang lumayan menyita waktu. Hmm... Oke, kau bisa menyebutku pemalas untuk hal ini. Tapi kealfaanku dalam membaca novel kuimbangi dengan nonton beberapa serial drama yang ceritanya masih ala remaja, membaca blog teman-temanku, dan membaca tabloid-tabloid remaja tentu saja.

Jadi sekarang disinilah aku. Menatap nanar layar laptop tanpa tau mau menuliskan apa. Idenya sebenarnya sudah ada di ubun-ubun sampe mau tumpah, yang aku tak bisa adalah mentranskripkannya (transkripsi? oh oke, bahkan diksi-ku saja sekarang seperti ini) ke dalam barisan kata-kata yang dirangkai menjadi beberapa kalimat singkat namun bermakna. Di kepalaku ini sudah menari-nari seorang cowok ganteng tinggi besar idaman para wanita yang menunggu untuk kuceritakan, bahkan sekarang mungkin ia sudah lelah menari karena tak juga segera kuceritakan. Ah, kamar ini semakin pengap saja, mungkin aku butuh udara segar agar otakku bisa sedikit mencair. Kuputuskan untuk berjalan-jalan sebentar keluar rumah, suasana di jalan mungkin bisa memberikanku beberapa inspirasi.

                “Cherry...!” teriak mamaku seketika aku keluar dari kamar.
                “Iya ma... Ga usah pake teriak kenapa?” sahutku cuek sembari memakai jaket putih favoriku hadiah dari papa.
                “Abis kamu ini, tidur melulu kerjaannya di kamar,” komentar mama sedikit jutek.
                “Siapa juga yang tidur ma? Daritadi aku ngerjain tugas kok di kamar,” jawabku, agak sedikit bohong sebenarnya.
                “Mana ada liburan gini ngerjain tugas huuuuu... Eh, trus mau kemana kamu sekarang?” mama menatap jaket yang kupakai dan dopet ungu mungil yang kubawa.
                “Oh... ini... mau jalan-jalan bentar aja ma keluar, bosen di kamar terus, penat ngerjain tugas,” yak, dan aku masih kekeuh dengan alibiku ngerjain tugas, tapi bener kan, tugas bikin cerpen, pikirku.
                “Kemana? Kalau gitu sekalian ya, beli gula pasir tiga kilo sama teh celup dua kotak, di minimarket depan situ aja. Nanti sore ada temen mama yang mau main kesini, persediaan udah abis soalnya. Oke sayang?”
                “Buset deh ma, banyak banget. Berapa RT sih yang mau dateng?”
                “Ah, kan sekalian buat persediaan. Ini uangnya, jangan lupa kembaliannya ya,” mama menyodorkan selembar uang seratus ribuan kepadaku.
                “Yah, ini mah ga cukup ma, masa masih minta kembalian juga. Adapun kembaliannya, ya buat aku lah ma...”
                “Sudah jangan cerewet, cepat sana berangkat keburu sore,” mama mendorongku bergegas menuju pintu depan.
                “Iya iya ma...” aku mendengus pelan.

Minimarket di blok sebelah akhirnya jadi tujuanku, beberapa kotak susu UHT kesukaanku siapa tau juga bisa menambah sedikit kecerdasanku saat ini. Aku menyusuri jalan sepanjang kompleksku, tidak ada yang menarik. Cuma ada Bu RT yang rumahnya di ujung jalan yang sedang menyiram tanaman, selebihnya tak ada orang lain di sepanjang rumah-rumah yang kulewati, mungkin karena siang ini lumayan terik mataharinya. Aku belok ke kiri, menuju minimarket yang dimaksud. Kudorong pintu masuknya, hmmm... dingin.... Aku berjalan menyusuri rak-rak yang berjajar disana, kuambil tiga bungkus gula pasir dan dua kotak teh celup yang kebetulan tempatnya bersebelahan. Sambil melihat-lihat produk-produk yang dipajang di sepanjang rak (produk makanan tentu saja yang kumaksud) aku menuju lemari pendingin, kuambil lima kotak susu cokelat, ya , kesukaanku. Setelah membayar di kasir, kubuka kantong belanjaanku, mengambil sekotak susu di dalamnya dan langsung meminumnya tanpa ba-bi-bu. Dan saat aku mendongak, tepat di hadapanku sudah berdiri seorang lelaki yang mukanya agak masam karena hampir saja aku menabraknya. And hey! I just meet you... And this is crazy! Seketika lagu milik Carly Rae Jepsen itu terdengar jadi backsound di kepalaku. Dia ganteng banget! Seriously georgeous! Tepat seperti tokoh cowok yang menari di kepalaku selama ini. Aduh tampangku pasti keliatan bodoh banget saat ini dimatanya.

“Eh, maaf ya,” cuma itu yang keluar dari mulutku, padahal rasanya pengen langsung bilang ke dia ‘But this my number, so call me, maybe?’
“Oh iya gapapa,” balasnya, sambil senyum pula yang bikin lesung pipitnya keliatan.

Aku langsung berjalan menuju pintu keluar sebelum ketauan olehnya kalau pipiku merona akibat senyumannya. Sepanjang perjalanan ke rumah aku terus senyam-senyum ga jelas. Mama yang ngeliat aku pulang dengan muka girang seperti itu cuma bisa bengong. Setelah menyerahkan kantong belanjaan aku langsung bergegas masuk kamar, menuju laptop dan mulai mengetik.


I threw a wish in the well,
Don't ask me, I'll never tell
l looked to you as it fell,
And now you're in my way
I beg, and borrow and steal
Have foresight and it's real
I didn't know I would feel it,
But it's in my way
Your stare was holdin',
Ripped jeans, skin was showin'
Hot night, wind was blowin'
Where you think you're going, baby?
Before you came into my life
I missed you so, so bad
And you should know that
I missed you so bad
Hey, I just met you...
And this is crazy...

Wait...wait...wait... kok aku malah nulis puisi gini sih? kan aku mau bikin cerpen fiksi arrrgggghhhhhhhhhhh............!!!!!!!!!!!!


Solo, 8 August 2012
Hesti Nuraini

Kumpul Penulis 2 Bandung (day 2) "Menulis Fiksi dan Nonfiksi dengan Baik dan Benar"

No Comments »

Untuk hari kedua ini, kita bener-bener praktik buat nulis. Karena menurut Kuntowijoyo, cuma ada tida langkah untuk jadi penulis. Langkah pertama adalah menulis. Langkah kedua adalah menulis. Dan langkah ketiga adalah menulis. Jadi tidak ada cara lain untuk menjadi penulis selain menulis hahaha... Dan rumus pertama dalam menulis adalah Menulis dengan Cinta.

Kumpul Penulis 2 Bandung

Pembicara sekaligus dosen menulis saya hari ini adalah Bunda Helvy Tiana Rosa yang merupakan Pendiri Forum Lingkar Pena dan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Pertama, bunda meminta kami menuliskan judul tulisan fiksi yang ingin kami buat. Dengan spontan, saya menuliskan judul "Euforia Otak yang Berbeda" seperti judul tulisan saya yang ini karena saya ingin membuat versi cerpennya hehehe. Kemudian kertas berisi judul dan nama saya itu dikumpulkan beserta judul-judul dari peserta yang lain. Bunda Helvy membacakan satu per satu judul yang kami buat dan dengan skala A B C D, beliau memberikan nilai. Tidaaaaaaaaak... rasanya seperti ujian saja, mungkin karena memang berprofesi sebagai dosen, nalurinya sangat kuat dan tepat dalam menilai. Rata-rata kami mendapat nilai C. Judulku sendiri? hmmm saya cuma dapet C+. Bunda bilang bahwa judul sangatlah penting, harus menarik, kalau bisa sensasional supaya orang tertarik membaca, seperti kata Mas Boim di hari pertama kemarin, dan itu tidaklah mudah. Dan benar saja, teman-teman yang mendapat nilai B hanya beberapa, yaitu "Jalan-jalan Gratis ke Amerika", "Penulis gagal", dan yang mendapat nilai A hanya satu, yaitu "Presiden Bunuh Diri". Ya, sampai sini saja saya sudah banyak belajar, bahwa apa yang kita anggap sudah oke belum tentu menarik di mata orang banyak. Jadi masukan dari orang lain sangatlah penting.

Selanjutnya kami diminta menuliskan paragraf pertama dalam 7 menit. Setelah dikumpulkan, Bunda kembali membaca tulisan kami satu-persatu dan memberikan masukan. Tidak sedikit dari tulisan teman-teman yang sudah dianggap baik oleh Bunda. Dari masukan-masukan yang diberikan oleh Bunda, saya belajar banyak hal, bahwa kalimat pertama adalah penentu, susunan kalimat juga bisa diubah-ubah untuk menjadikan paragraf itu lebih menarik karena paragraf pertama merupakan kunci tulisan itu menarik atau tidak untuk dibaca terutama untuk tulisan fiksi.

Untuk artikel atau tulisan nonfiksi, kerangka tulisan yang sistematis diperlukan agar tulisan jelas dan runut. Tidak seperti cerpen fiksi yang membebaskan kita untuk menulis dan menata alurnya. Sedangkan untuk puisi atau sastra diperlukan akrobatik kata-kata, diksi atau pilihan kata yang kuat, dan perlu "lompatan-lompatan" kata yang mengejutkan.

"You are what you write." kalau kata Abdurrahman Faiz "Menulis itu mengucapkan diri" sehingga tuliskan apa saja yang kita pikirkan dan rasakan. Tidak masalah jika kita (sebagai anak muda) sering merasa galau hahaha... Buang galau lewat tulisan biar jadi manfaat karena "Tears are words that need to be written." Makanya ga heran kalau orang lagi galau pasti malah jadi banyak inspirasi buat nulis #eh :p

Oke, jadi segitu saja  yang bisa saya share dari pengalaman hari ini. Semoga bisa bermanfaat. Karena kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa turut menyukseskan orang lain.


Bandung, 17 June 2012
Hesti Nuraini

Kumpul Penulis 2 Bandung (day 1) "Membangun Peradaban dengan Kebiasaan Menulis"

2 Comments »

Jadi seperti yang udah kutulis di post sebelumnya, yang ini nih. Akhirnya aku dan kedelapan temen-temen BIUS ikutan...

Seminar dan Workshop Kepenulisan dengan tema "Satu Buku Sebelum Mati
Kumpul Penulis 2 Bandung


Banyak banget ilmu tentang tulis-menulis yang kudapet hari ini. Pembicara untuk hari ini adalah Bunda Tatty Elmir yang sangat berpengetahuan luas dan Mas Boim Lebon yang sangat kreatif dalam bercerita komedi hingga selalu membangkitkan suasana ceria sepanjang workshop tadi.

Nah, hari ini aku akan sedikit nge-share apa yang aku dapet dari workshop ini. Dengan topik : Membangun Peradaban dengan Kebiasaan Menulis, Mas Boim Lebon yang terkenal lewat masterpiece-nya "Lupus" memberikan 12 langkah untuk memudahkan kita membuat sebuah tulisan/karya:

  1. Mengenali kemampuan yang kita miliki. Bisa dilakukan dengan membiasakan komunikasi lewat tulisan. Menuliskan pesan-pesan di pintu untuk teman sekosan misalnya.
  2. Mengembangkan menjadi 'bahan cerita baru'. Baca saja buku-buku simpel dan sederhana, kemudian kembangkan sendiri topik sederhana tersebut. Bisa dengan meng-kompleks-kan cerita atau dengan menukar-nukar karakter tokoh di dalamnya. 
  3. Melengkapi dengan referensi, riset tambahan, pengamatan dan obrolan/wawancara. Banyak baca hukumnya wajib!
  4. Membuat sinopsis. 
  5. Melengkapi dengan pengembangan tokoh yang memiliki karakter UNIK! Karakter unik bisa kita temukan dengan sangat mudah di sekitar kita, tinggal kembangkan saja karakter teman-teman sekeliling kita agar menjadi lebih menarik. 
  6. Membuat opening yang memikat. Membuat cerita awal terkesan misterius biasanya lebih menarik minat pembaca. 
  7. Menentukan setting, waktu dan tempat yang tepat. Kita harus menguasai betul tempat yang ingin diceritakan agar cerita kita terasa lebih nyata. 
  8. Menciptakan konflik untuk memperkuat cerita. Bisa dilakukan melalui keberagaman karakter tokoh. 
  9. Membuat ending yang 'menyenangkan'. Tidak harus bahagia, namun pembaca harus merasa terpuaskan oleh ending yang kita buat agar tidak merasa kecewa. 
  10. Menentukan judul yang menarik.  
  11. Melakukan revisi. Perbaikan sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tulisan kita. Minta tolong orang lain untuk membaca karya kita dan memberi masukan pada tulisan-tulisan kita. Kritik dan saran akan sangat membantu.
  12. Melakukan publikasi/promosi ke siapa saja dan jangan ragu untuk mengirimkannya ke redaksi koran/majalah dan penerbit.

Itulah keduabelas langkah yang tadi dijelaskan oleh Mas Boim. Namun yang terpenting untuk bisa menjadi penulis adalah Membaca karena membaca memberikan inspirasi untuk menulis dan jangan lupa untuk menuliskan kembali apa yang telah kita baca. Karena dengan menulis kita dipaksa untuk hijrah. Hijrah dari yang buruk menjadi baik. Hijrah dari yang baik menjadi lebih baik lagi. Dan begitu seterusnya...

Pesan dari Bunda Tatty Elmir yang paling kuingat hari ini adalah "Orang kreatif itu tidak malu-malu untuk belajar dan semua hal itu bisa dipelajari. Jadi kalo pengen jadi ahli ya tekuni hal itu. Termasuk menulis. Terus percaya diri tapi jangan lupa mengukur diri."

Yuk belajar bareng! Yuk nulis bareng!

Sampai ketemu lagi besok di workshop hari kedua... :D


Bandung, 16 June 2012
Hesti Nuraini



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Dunia Fantasi (ku) ANCOL

No Comments »

Semalam aku bermimpi indah sekali. Di dalam mimpiku aku mendapatkan tiket gratis ke Dunia Fantasi ANCOL yang berasal dari kakak relawan BIUS. Aku dan teman-teman BIUS yang lain bermain-main sepuasnya sepanjang hari disana. Tapi Dufan yang ada di mimpiku berbeda dengan Dufan yang pernah kukunjungi. Dufan yang ini kurasa hmmm... lebih medunia :)

Saat pertama kali memasuki kawasan wisata Ancol kami diberikan berbagai pilihan wahana. Disebelah barat ada Sea World yang memperlihatkan kehidupan alam bawah laut, di sebelah timur ada Samudra Atlantis yang kali ini sangat bernuansa Bali.Gerbang depannya berbentuk gapura-gapura seperti yang sering kita lihat di hampir setiap bangunan di Pulau Bali. Di dalamnya pengunjung juga akan merasakan suasana seolah-olah sedang berada di pantai di Bali  yan terkenal sebagai pantai terindah didunia lengkap dengan kolam ombak, pasir pantai, dan sunset nya di sore hari. Kemudian di sebelah selatan ada tempat tang paling kutunggu-tunggu, Dunia Fantasi :D

Memasuki pintu gerbang Dufan, kami disambut dengan tari Gambyong, tarian selamat datang khas dari Jawa Tengah. Wahana yang pertama kami coba adalah komedi putar yang berada di tengang-tengah tepat di depan pintu masuk.Komedi Putar ini terasa Indonesia banget dengan ornamen patung-patung kecil berpakaian adat tiap daerah yang ada di Indonesia di sebelah kuda-kuda yang berjajar melingkar. Lagu yang diputar untuk mengiringi permainanpun adalah lagu-lagu permainan anak-anak daerah yang ada di Indonesia seperti jamuran, tokecang, potong bebek angsa, apuse, dan lain-lain.


Berjalan ke jalur sebelah kanan, kami kemudian naik bianglala yang tepat di sebelahnya berdiri kokoh miniatur Menara Eiffel. Sehingga saat berada tepat di atas, kami bisa melihat pemandangan seolah-olah melihatdari puncak Eiffel Tower itu. Turun dari bianglala, kami melanjutkan perjalanan menuju wahana lain. Di ujung sebelah kanan kami mencoba Wahana Arung Jeram. Wahana air selalu menjadi favoritku, apalagi di wahana ini kami mengarungi sungai yang di kanan-kirinya ditumbuhi tanaman lebat dan berbagai dekorasinya sehingga seolah-olah kami sedang mengarungi Sungai Amazon. Keluar dari sana baju kami basah kuyup dan tenggorokan kami serak karena berteriak-teriak hahaha... Dan untuk mengeringkan badan, kami kemudian naik Wahana Halilintar yang didesain sedemikian rupa sehingga saat kami naik, kami seakan sedang melintas di kawasan hutan Afrika dengan menggunakan kereta express. Walaupun sedikit panas namun suasananya sangat sejuk berangin, dan saat melihat ke bawah akan terlihat satwa-satwa liar seperti di pedalaman Afrika. Menyenangkan sekali :D Kami terus berjalan dan menemukan salah satu wahana yang terkenal paling menyeramkan, Hysteria. Ada dua menara Hysteria yang didesain menyerupai Menara Kembar Petronas di Malaysia. Kami ber-hysteria (berteriak-teriak) sepanjang permainan. Namun saat berada di puncak teratas, kami bisa melihat pemandangan pantai Ancol yang Subhanallah.

Setelah lumayan capek dengan wahana yang menguji adrenalin, kami jalan-jalan memasuki rumah miring. Rumah miring ini tidak hanya terdiri dari satu lantai saja. Namun bertingkat-tingkat, dan yang terlihat oleh kami dari luar adalah Menara Miring Pizza yang ada di Italia. Karena aku sangat suka dengan negara Italia dan ingin sekali kesana, maka aku menghabiskan waktu sangat lama disini untuk sekedar berfoto-foto hehehe ;p

Matahari tepat berada di atas kepala saat kami benar-benar merasa kelelahan.  Kami beristirahat sejenak dan sholat Dzuhur di mushola yang bentuknya Subhanallah mirip dengan Taj Mahal yang ada di India. Karena perut juga sudah mulai keroncongan, kamipun makan siang di restoran yang berada di depan Istana Boneka. Disana tersedia berbagai makanan khas negara-negara diseluruh dunia. Harganya pun sangat terjangkau. Kami makan sepuasnya, huaaaaaaa senangnyaaaaaaaaaa :D

Setengah hari berikutnya kami melanjutkan mencoba seluruh wahana yang ada. Mulai dari Niagaragara dan kawasan Cowboy Mexico, kicir-kicir yang bentuknya seperti rumah berkincir angin khas Belanda, hingga wahana paling membuat suara habis, Tornado, yang berada tepat di sebelah miniatur Patung Liberty di America. Dan masih banyak lagi wahana-wahana lain yang menunjukan keanekaragaman negara yang ada di seluruh dunia. Seharian itu kami bagaikan bermain keliling dunia. Alhamdulillah sangat meyenangkan.

Malam telah datang saat kami tiba di pintu keluar. Kami disuguhi penampilan terakhir yaitu tarian khas Papua yang sangat enerjik, diiringi nyala kembang api yang menghiasi langit indah malam itu saat pertunjukan berakhir. Kami keluar dari Dunia Fantasi, kembali ke bus dan bersiap kembali ke perjalanan menuju dunia nyata.

Itulah mimpiku semalam. Dunia Fantasi impianku. Dan aku sangat berharap mimpiku dan mungkin juga menjadi mimpi anak-anak lain di dunia bisa menjadi kenyataan :D

Semoga Dunia Fantasi Ancol bisa semakin maju, tidak hanya terkenal se-Asia, namun juga bisa menjadi salah satu tempat pilihan wisata masyarakat di seluruh dunia.



Bandung, 15 June 2012
Hesti Nuraini

A-A-A

No Comments »

Jadi ceritanya, kemarin saya ngubek-ngubek folder bookworm di laptop buat nyari cerpen buat dikirim ke kak rose (anak BIUS) sebagai syarat biar bisa ikutan seminar dan workshop nulis gitu, ini nih keterangan tentang workshopnya:

Seminar dan Workshop Kepenulisan dengan tema "Satu Buku Sebelum Mati"
 
Nah, diantara deretan file-file itu nemu deh beberapa judul cerpen lama yang saya bahkan udah lupa kapan nulisnya. Alhasil nemu deh satu cerpen yang kayaknya layak buat dikirim diantara cerpen-cerpen sampah yang lain hehehe...
*Tapi jangan tanya ya tentang riwayat cerpen ini, soalnya masa lalu banget nih :p bikinnya aja pas masih jaman SMA masih cupu gitu (padahal sekarang tetep cupu)
 
A -A A

Aku tak tahu kapan tepatnya perasaan itu muncul. Perasaan yang belum pernah aku rasakan. Seingatku, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Masa indah dimana aku dan teman-teman merasakan kesenangan dan kebebasan sebagai remaja berusia 17 tahun. Kira-kira saat itulah aku mulai merasakan sesuatu yang luar biasa itu. Namanya Arief, dia baik, dia cerdas, dia tampan, dia sempurna di mataku saat itu. Dan satu lagi, dia wangi. Ya, aku suka padanya. Suka, senang, kagum, semuanya. Orang menyebutnya ”cinta”, tapi aku tidak, karena aku pun tak tahu apa itu cinta, apa arti cinta yang sesungguhnya. Yang jelas, kami dekat. Kami semakin dekat selama satu tahun itu. Aku merasa nyaman di dekatnya walaupun hanya sebatas di dalam kelas. Kami saling memberi contekan saat ulangan, mengerjakan PR bersama di kelas, dan ngobrol saat jam kosong. Ada satu hal yang masih sangat kuingat darinya. Dia selalu datang ke sekolah pagi-pagi sekali, kemudian dia berdiri di depan pintu kelas, menungguku datang. Saat aku datang, dia selalu menyambutku dengan satu senyuman manis, senyum yang memperlihatkan lesung pipinya yang membuatnya terlihat semakin tampan. Dia tak bicara sepatah kata pun, mungkin karena malu. Aku pun juga hanya diam tersipu melihatnya. Ya, hanya sebatas itu, selebihnya kami tidak pernah terlihat bersama di luar kelas. 
Semuanya tetap berjalan seperti itu hingga saat kami kuliah. Aku mulai lelah. Ya mungkin bosan juga menjalani hubungan ini, tapi tunggu-tunggu, hubungan apa? Kami bahkan tak pernah menjalani hubungan apapun, sampai aku menyadari bahwa kami hanya teman. Ya, teman, tidak lebih. Dia hanya pernah mengatakan padaku satu kali bahwa dia berjanji akan menyatakan perasaanya padaku suatu hari nanti dan dia memintaku untuk menunggu. Aku terus menunggu dan menunggu, tapi hari itu tak kunjung datang dan aku lelah menunggu, menunggu janjinya selama bertahun-tahun, itu sungguh melelahkan, menghadapi sebuah ketidakpastian. Ketidakpastian yang tidak perlu kuperjuangkan lagi dari seseorang yang tidak kunjung menepati janjinya. Sungguh, aku tak lagi mengerti jalan pikirannya. Tak ada penjelasan, bahkan alasan sekalipun darinya. Tanpa sadar, kami mulai menjauh. Aku selalu menunduk bila bertemu dengannya, sedikit rasa benci muncul di benakku karena ia tak juga menepati janjinya. Aku merasa dibohongi. Entah dia merasa atau tidak kalau dia sedikit kubenci, namun dia juga tak lagi menyapaku jika kami berpapasan di kampus. Mungkin memang dia sudah lupa akan janjinya, atau mungkin aku yang selama ini telah salah sangka, salah berharap. Kami benar-benar menjauh semenjak itu. Semenjak aku menganggapnya pecundang. Hingga suatu saat ada sosok lain yang datang di kehidupanku dan dia telah mengubah hidupku. Kami memang telah cukup dekat sejak lama, dia teman baikku sejak SMP, SMA dan kuliah pun di universitas yang sama. Orang tua kami juga sudah kenal baik sejak lama. Kami sering bercanda bila bertemu, bahkan sering sekali saling mengejek dan bersendau gurau. Tapi tak pernah terpikirkan olehku, dan aku sama sekali tak menyangka bahwa dia akan melamarku saat kami wisuda. Ya, dia melamarku. Adi memintaku untuk menjadi istrinya. Dan entah apa yang ada di pikiranku saat itu, yang jelas aku sangat tersanjung waktu itu karena dia melamarku di hadapan semua wisudawan dan wisudawati satu angkatan kami. Aku sungguh merasa dihargai saat itu bahwa ada seorang lelaki yang melakukan hal yang sangat berani itu untukku, sehingga aku pun menerimanya. Setahun kemudian, saat dia sudah diangkat menjadi manager di salah satu perusahaan swasta ternama di kota, kami menikah.
Hari-hari kami bahagia selama itu. Dia menjadi imamku yang sangat baik. Dia juga telah sangat membahagiakanku. Namun, empat tahun setelah pernikahan, kami bertengkar hebat. Masalahnya sangat kompleks, mungkin karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Prestasinya memang selalu menanjak di kantor dan dia menjadi tangan kanan direktur sehingga dia sering sekali pulang malam. Kami menjadi sangat jarang berkomunikasi, bicarapun pasti akhirnya hanya akan bertengkar. Satu hal lagi, kami tak kunjung dikaruniai buah hati. Mungkin itulah yang menjadi beberapa faktor penyebabnya. Kami selau cek-cok dalam berbagai hal dan tidak bisa bersatu lagi. Walaupun kami masih saling menyayangi, tapi kami memutuskan untuk berpisah daripada kami sama-sama semakin tersakiti. Kami bercerai, aku janda. Aku hancur saat itu, sakit hati, merasa tercampakkan, terpuruk dan lemah. Awalnya aku menyesali semuanya, menyesal mengapa kami begitu cepat memutuskan untuk menikah dan begitu cepat pula bercerai. Aku bahkan sempat meminta Adi untuk rujuk kembali karena aku sudah sangat putus asa, tapi dia tetap tidak mau dengan alasan tidak ingin menyakiti aku lagi jika dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dia juga mengatakan bahwa pernikahan hanya akan menghambat karirnya. Saat itulah baru aku mengetahui bagaimana rasanya ditolak, sakit dan sangat rendah. Namun lambat laun aku mulai bangun. Aku tak bisa terus-terusan terpuruk. Aku menjalani kehidupanku lagi walaupun sulit, walaupun aku sudah lupa bagaimana rasanya  menjalani hidup sendiri.
Hingga hari ini aku masih belum sepenuhnya mempercayai apa yang telah terjadi di kehidupanku. Apalagi saat ini, saat aku berada di tengah-tengah keramaian orang yang bersenang-senang. Mereka, orang-orang yang dua belas tahun yang lalu menjadi teman sekolahku. Aku duduk bersama mereka di acara reuni SMA malam ini. Awalnya aku enggan datang. Alasan utamanya adalah aku takut bertemu Adi dan masa lalu kami. Tapi teman-temanku yang lain memaksa agar aku ikut. Akhirnya aku pun datang. Dan disinilah aku sekarang, duduk termenung sembari mendengarkan obrolan teman-temanku. Kami bercanda, saling bertukar cerita dan pengalaman. Sebagian besar dari mereka hidupnya telah berubah, termasuk aku. Namun beberapa diantara mereka tidak tahu bahwa aku sudah menjadi seorang janda, mereka mengasihani aku, mungkin aku terlihat sangat menyedihkan malam itu. Namun selebihnya, aku menyukai pesta reuni itu, bagiku cukup menyenangkan, setidaknya aku tidak bertemu Adi. Saat mengingat namanya aku kembali terdiam.Walaupun sudah setahun yang lalu kami berpisah, rasa perih itu masi melekat di dadaku, apalagi jika mendapati bahwa aku tak lagi dapat memilikinya bahkan saat ini melihatnya pun aku tidak. Pikiranku sudah melayang entah kemana sekarang, bayangan-bayangan masa lalu selalu melintas dengan cepat bak kereta ekspres yang gerbongnya sangat panjang dan tak kian sampai di stasiun. Mata, telinga, pikiran dan hatiku sedang tak berjalan seiring saat ini, otakku tak lagi mampu mengkoordinasi dengan baik.Aku terdiam.
” Selamat malam, Aini... ” Suara itu yang tiba-tiba menghentikan kereta ekspres yang melintas di angan-anganku. Membuyarkan bayangan masa laluku. Mengagetkan namun terdengar sangat menentramkan jiwa. Suara itu, suara yang sangat lembut, merdu dan sudah lama kurindukan. Suara A...  


Solo, 15 October 2009
Hesti Nuraini

(baru) 3 buku sebelum mati

4 Comments »



Masih ingat postingan saya 11 November yang lalu?
yang isinya review workshop yang saya ikuti.
Ya, workshop 1 hari bikin buku - Asma Nadia Writing Workshop
masih ingat betul kalimat yang tertulis disana :

"Dan Satu Buku Sebelum Mati mungkin membuat Anda abadi."


Alhamdulillah sekarang saya sudah mewujudkannya :)
dan tidak hanya satu, tapi tiga \(´`)/ ya 4 karya saya telah dimuat dalam 3 buku yang berbeda.
Semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Amin (˘˘)


Berikut ketiga buku tersebut :

1. Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri: Kumpulan Tulisan oleh Penerima Beasiswa ITB untuk Semua

2 tulisan saya berjudul  MAHAKARYAGANESHA2010  dan   SOLO dimuat dalam buku ini.

Untuk pembelian bisa melalui link ini.   Harga: Rp 35000.


16 penulis muda, bagian dari 101 mahasiswa penerima Beasiswa ITB untuk Semua (BIUSers), beasiswa bagi kaum muda cerdas berjiwa pemimpin namun kurang mampu secara finansial. 25 tulisan inspiratif dalam puisi dan kisah nyata yang seru, lucu, dan haru. 5 bagian kisah: Merajut Asa, Menjejak Langkah, Menggapai Cita, Meraih Cinta, dan Mengejar Mimpi. Royalti buku akan sepenuhnya didedikasikan bagi pengayaan wawasan BIUSers, khususnya dalam program Mini Library/Writing Challenge.



2.  Cerpen for #writers4Indonesia edisi ‘Be Strong, Indonesia #17’

Tulisan saya yang berjudul Mengapa Aku Dilahirkan Sebagai Seorang Perempuan dimuat dalam buku ini :)



SELURUH ROYALTI DARI BUKU-BUKU TERSEBUT AKAN DIDONASIKAN SELURUHNYA (100%) UNTUK KORBAN BENCANA ALAM DI INDONESIA, YANG AKAN DISALURKAN MELALUI LEMBAGA TERPERCAYA YANG AKAN DIPILIH.
CARA BELI BUKU #WRITERS4INDONESIA ADALAH: EMAIL KE: WRITERS4INDONESIA@GMAIL.COM ; SUBJECT: ‘ORDER BUKU’, LALU TULIS NAMA, ALAMAT, NO HP, ORDER JUDUL: (BUKU #XX), JUMLAH ORDER; HARGA: RP 45.000,-



3.Surat Terakhir Untuk Penghuni Mars #6

Tulisan saya berjudul Dan Kau Beruntung Sempat Memilikiku dimuat dalam buku ini. 

Pembelian bisa dilakukan melalui pre order buku STUPM #6 di nulisbuku.com. Harga Rp 45.000


Men are from Mars. Women are from Venus. 

Pernah punya mantan? Pasti ada yang 'tak terucapkan' untuk dia. 

Di buku inilah, terkumpul surat-surat yang berisikan kata-kata yang 'tak terucapkan' tersebut.




*Semoga tidak hanya ketiga buku tersebut. 

*Semoga banyak buku-buku lain yang ada hasil karya saya di dalamnya. 

*semoga bermanfaat. Amin.

JADI, "SATU BUKU SEBELUM MATI" ? SIAPA TAKUT !



Bandung, 27 June 2011
Hesti Nurain

Surat Terakhir Untuk Penghuni Mars #6

No Comments »

Alhamdulillah :)
Sekali lagi karyaku dibukukan \(´▽`)/


masih ingat dengan postinganku pada 5 Januari 2011?
judulnya "Dan Kau Beruntung Sempat Memilikiku"
Ya, surat itu berhasil masuk dalam kumpulan cerita

Surat Terakhir UntukPenghuni Mars #6

Jadi silakan pre order buku STUPM #6 di nulisbuku.com. Beli ya, harganya 45.000 IDR. Banyak surat menggugah hati disana. Siapa tahu ceritamu terwakili juga. Selamat membaca, jangan lupa order yaaa.. Dijamin menyentuh jiwa, haha.


Berikut ini daftar karya yang berhasil dimuat pada Buku STUPM #6 :

Email untuk tiga laki-laki -Wahyu Siswaningrum (@WahyuSN)
Surat terakhir untuk penghuni Mars-“ketokmagic”
Hujan Hari Ini-Suzannita 
Dear Tuan Besar-Nona Minder
Dari Venus untuk Mars-Riyani Fitri
No Longer your Sephia-Sephia (@ondeira)
Surat Terakhir untuk Penghuni Mars (Yogyakarta, 04 Januari 2011)
Sejuta kenangan-Ayuna Caca
Mantan Terindah
Elvan, ini untuk kamu-Lintang Anis Bena K. (@LintangKinantZ)
Surat Untuk Baby Huey-Anita
From Heart to My First Love - Jessica Aprillia 
Kangen Kamu, Boy!-Ara (@Zohrahs) 
Dan Kau Beruntung Sempat Memilikiku-Hesti Nuraini (@bennyhesti)
Surat terakhir untuk bintangku, Alfa-Fania Handiyani (@ funnieyayaya)
Untuk Hatimu… “Mars”-Dian Elysa
Mentawai, aku rindu
Kalau Jodoh Kita Akan Terus Bercinta-Laily Maharani
Kau Rindukan ku?
Penghuni Mars kesayanganku
Maaf, Disini Tidak Ada Balas Dendam..-Yasundari (@volturieyazz)
Desember, Hujan dan Kita-aniez nedved (khairunnisak)
Terima kasih-Ifada Putri (@ifadaputri)
Kepada Hujan dan Es Krimku-Diera
Ada kita ataukah hanya kamu dan aku saja-Titisari
Yogyakarta, 8 Januari 2010-Mantan kekasihmu.
For You, My July ..-Si “ayangku ndud”
Andai Saja-Indah Permatasari
Melebur Jembatan-Mutia
Januari Ketiga
Surat Cinta untuk Masa Lalu –Arien
Surat Terakhir untuk Doel -Tea
Surat pertama dan terakhir-Yuli
Surat untuk penghuni Mars terakhir-Kungis
Surat untuk Pangeran Petir-Bellanissa Zoditama
Terima kasih (ex) Mars Pertamaku-Windy
Catatan Usang-Multifaset Antara Kita (1)
Surat tanpa alamat penerima dan pengirim-Zeth Radtra Syam
Surat Dek untuk Mas-Gabby Laupa

ps: terima kasih untuk kamu yang telah menginspirasi dalam tulisan ini :) DAS
Bandung, 25 June 2011
Hesti Nuraini