Untuk hari kedua ini, kita bener-bener praktik buat nulis. Karena menurut Kuntowijoyo, cuma ada tida langkah untuk jadi penulis. Langkah pertama adalah menulis. Langkah kedua adalah menulis. Dan langkah ketiga adalah menulis. Jadi tidak ada cara lain untuk menjadi penulis selain menulis hahaha... Dan rumus pertama dalam menulis adalah Menulis dengan Cinta.
Kumpul Penulis 2 Bandung |
Pembicara sekaligus dosen menulis saya hari ini adalah Bunda Helvy Tiana Rosa yang merupakan Pendiri Forum Lingkar Pena dan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Pertama, bunda meminta kami menuliskan judul tulisan fiksi yang ingin kami buat. Dengan spontan, saya menuliskan judul "Euforia Otak yang Berbeda" seperti judul tulisan saya yang ini karena saya ingin membuat versi cerpennya hehehe. Kemudian kertas berisi judul dan nama saya itu dikumpulkan beserta judul-judul dari peserta yang lain. Bunda Helvy membacakan satu per satu judul yang kami buat dan dengan skala A B C D, beliau memberikan nilai. Tidaaaaaaaaak... rasanya seperti ujian saja, mungkin karena memang berprofesi sebagai dosen, nalurinya sangat kuat dan tepat dalam menilai. Rata-rata kami mendapat nilai C. Judulku sendiri? hmmm saya cuma dapet C+. Bunda bilang bahwa judul sangatlah penting, harus menarik, kalau bisa sensasional supaya orang tertarik membaca, seperti kata Mas Boim di hari pertama kemarin, dan itu tidaklah mudah. Dan benar saja, teman-teman yang mendapat nilai B hanya beberapa, yaitu "Jalan-jalan Gratis ke Amerika", "Penulis gagal", dan yang mendapat nilai A hanya satu, yaitu "Presiden Bunuh Diri". Ya, sampai sini saja saya sudah banyak belajar, bahwa apa yang kita anggap sudah oke belum tentu menarik di mata orang banyak. Jadi masukan dari orang lain sangatlah penting.
Selanjutnya kami diminta menuliskan paragraf pertama dalam 7 menit. Setelah dikumpulkan, Bunda kembali membaca tulisan kami satu-persatu dan memberikan masukan. Tidak sedikit dari tulisan teman-teman yang sudah dianggap baik oleh Bunda. Dari masukan-masukan yang diberikan oleh Bunda, saya belajar banyak hal, bahwa kalimat pertama adalah penentu, susunan kalimat juga bisa diubah-ubah untuk menjadikan paragraf itu lebih menarik karena paragraf pertama merupakan kunci tulisan itu menarik atau tidak untuk dibaca terutama untuk tulisan fiksi.
Untuk artikel atau tulisan nonfiksi, kerangka tulisan yang sistematis diperlukan agar tulisan jelas dan runut. Tidak seperti cerpen fiksi yang membebaskan kita untuk menulis dan menata alurnya. Sedangkan untuk puisi atau sastra diperlukan akrobatik kata-kata, diksi atau pilihan kata yang kuat, dan perlu "lompatan-lompatan" kata yang mengejutkan.
"You are what you write." kalau kata Abdurrahman Faiz "Menulis itu mengucapkan diri" sehingga tuliskan apa saja yang kita pikirkan dan rasakan. Tidak masalah jika kita (sebagai anak muda) sering merasa galau hahaha... Buang galau lewat tulisan biar jadi manfaat karena "Tears are words that need to be written." Makanya ga heran kalau orang lagi galau pasti malah jadi banyak inspirasi buat nulis #eh :p
Oke, jadi segitu saja yang bisa saya share dari pengalaman hari ini. Semoga bisa bermanfaat. Karena kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa turut menyukseskan orang lain.
Bandung, 17 June 2012
Hesti Nuraini
Hesti Nuraini