Catatan Rindu Jilid 1 (1-13)

Rindu (1) - 13/11/14
Aku tak lagi mampu berucap.
Hanya ada rindu yang tersekap di sela-sela harap untuk bertatap.


Rindu (2) - 14/11/14
Di bulan ke-20 ini aku tak akan lagi mengeluh.
Senantiasa memanjat doa untuk memelukmu dari jauh.


Rindu (3) - 16/11/14
Aku tak tahu sampai kapan kubisa bertahan.
Jarak ini menjauhkan raga namun juga mendekatkan jiwa.
Semoga… semoga semua tetap berjalan, sejalan, dan senantiasa beriringan.
Hingga sampai pada tujuan.


Rindu (4) - 26/11/14
The one who always make me laugh.
I miss him.
A lot.
The one who always make me feel grateful for having.
I miss him.
A lot.


Rindu (5) - 20/12/14
Ilmu kini hampir mencukupkan keingintahuan kita, tapi arah angin malam tetap jauh dari terka, apalagi rindu tak terkata. - Adimas Immanuel.


Rindu (6) - 07/01/15
Kayaknya nggak pernah ada di fase dimana bosen setiap hari ketemu. Tapi sekarang ada di fase bosen karena nggak pernah ketemu.


Rindu (7) - 23/01/15
Konspirasi banget! Kemarin baca novel settingnya di sianjur mula-mula, samosir, dan sekitarnya. Sekarang nonton Bolang, rumahnya si Bolang deket Danau Toba.
Pasti lah ini konspirasi si bocah yang lagi kerja di Siantar dan kerjaannya nyebrangin Danau Toba buat cek site ke Samosir.
Huftina.


Rindu (8) - 05/02/15
Bertemu.
Satu kata yang selalu ditunggu.
Agar hati tak lagi saling merindu.


Rindu (9) - 06/02/15
Buat apa rindu kalau sudah yakin (dan pasti) tidak akan bisa bertemu.


Rindu (10) - 21/02/15
Gerimis turun perlahan
Wajah kekasih membayang
Dalam daun-daun yang basah
Diriku resah
Menanti pertemuan yang tenang
Cinta, kasih, dan sayang
Tuhan
Tolong damaikan
Hatiku yang gamang
- Khairul Azzam (Ketika Cinta Bertasbih, Buku #2 Dwilogi Pembangun Jiwa)


Rindu (11) - 28/02/15
Rindu tak pernah definitif. Sejumlah kenangan meliuk-liuk di pucuk waktu.
- Adimas Immanuel


Rindu (12) - 20/03/15
Saling mendoakan lebih penting daripada berjumpa.
Bertemu sesekali lebih menguatkan cinta daripada selalu bersama.
- Salim A. Fillah


Rindu (13) - 23/03/15
Dan ternyata rindu selama lima purnama hanyalah fana ketika kita akhirnya berjumpa.



Ditulis setiap kali merasa rindu,
Oleh Hesti Nuraini,
Teruntuk Putu Adhika Bayu Bramantya.


This entry was posted on March 24, 2015 and is filed under ,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply