Archive for August 2012

Perahu Kertas (part 1)

No Comments »

Cover Novel Perahu Kertas
Beberapa bulan yang lalu aku udah baca novel ini atas rekomendasi seorang teman. Pendapatku: Bagus. Banget. Konfliknya sebenernya simpel, anak muda banget, tapi Dee bisa mengemasnya lebih dewasa dan sweet banget kalo aku bilang. Sampe beberapa saat lalu kudenger novel ini mau difilmkan. Oke, wajib nonton!
Poster Film Perahu kertas
Dan yeaaaaa, kemarin aku langsung nonton di hari pertama pemutaran filmnya. Sebelum nonton aku udah baca-baca reviewnya, liat thrillernya, sampe download OST-nya. Pendapatku: Maudy Ayunda cantik, cukup manis buat jadi Kugy. Adipati Dolken ganteng banget, sangat cool buat jadi Keenan. Elyzia Mulachela juga ga kalah manis buat jadi Luhde. Walaupun agak sedikit kecewa sama yang meranin Noni, Eko, Remi, Karel. Tapi secara keseluruhan film ini dikemas secara apik sama Bung Hanung Bramantyo dan bisa ngegambarin ke-sweet-an novelnya :))

Bagian yang paling kusuka dari film ini adalah pas Si Keenan mulai bisa ngelukis lagi setelah ngobrol sama Luhde. Dia ngelukis Si Jendral Pilik yang terinspirasi dari dongeng yang dibuat Kugy sambil ngebayangin kenangan antara mereka, tak lupa diiringi suara Maudy Ayunda yang nyanyiin lagu Perahu Kertas (Dengerin lagunya di sini). Antara terharu karena visualisasi dari novelnya yang kerasa ngena banget di hati dan pengen nangis denger lirik lagunya yang-agak-gue-banget #ehem. Hahaha... Pokoknya nice banget lah filmnya.

Lukisan Jendral pilik-nya Keenan
Photo taken from :  http://www.finroll.com/baca/4156/...
Sampai kurang lebih dua jam kemudian, keganjilan mulai terlihat... 
Loh kok udah hampir dua jam? 
Loh kok ceritanya baru nyampe segini? 
Dan beberapa saat kemudian.... 
Loh kok tulisannya 'Akhir cerita part 1"?
Loh kok udah bubar?
Aaaaaaaarrrrrrrrrggggggghhhhhhh...........

Dan yak! Ternyata benar. Filmnya dibagi jadi 2part. So, part pertama ini cuma nyampe pernikahannya Noni-Eko dimana Kugy-Keenan dipertemukan lagi setelah sekian lama. Padahal kan cerita yang lebih bagusnya ada pas abis Kugy ketemu lagi sama Keenan :(
Yang bikin sedih adalah aku gatau dari sebelumnya kalo filmnya dipotong, kalo tau rasanya pasti ga akan sekecewa ini deh :" gondok aja rasanya udah nunggu-nunggu bagian yang pas mereka ngobrol berdua ituuuuuu... Bagian yang ehemmm banget!

Oke baiklah jangan sedih! Karena part2 nya akan keluar Oktober nanti (katanya). 
Ga sabaaaaaaaarrrrrrrrawrrawrrawrrawr!


Solo, 17 Agustus 2012.

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!



One Step to Italy

No Comments »


Italia. Italiano. Italy.
Nama negara ini udah ga asing lagi di telingaku. Bukan karena aku sudah berkali-kali kesana. Bukan. Tapi karena sejak kecil aku udah akrab banget denger nama negara ini. Siapa lagi kalo bukan karena abangku satu-satunya yang tersayang itu. The most influence man in my life!

Pertama kali aku denger nama negara ini, lengkap beserta "Il Canto degli Italiani" (national anthem-nya Italia) adalah di ajang MotoGP. Kalo ga salah sih waktu itu abangku masih duduk di bangku SMP, jadi umurku kira-kira hmm... itung sendiri lah ya umur anak SMP dikurangi 8 tahun. Yah pokoknya waktu itu Valentino Rossi sering banget menang, jadi hampir tiap 2minggu sekali pasti denger itu lagu dan liat bendera hijau-putih-merah dikibarkan.
Dan di tiap race pasti abang ga henti-hentinya nyeritain tentang pembalap-pembalap MotoGP beserta negaranya, especially Italy.

Ga cuma sampe situ aja lho. Dari cabang F1 dan sepak bola juga ga kalah banyak cerita tentang Italy yang kudenger dari abang. Liga Serie-A juga jadi tontonan wajib (tiap kali TV dikuasai abang). Abang ngejagoin si garis-garis merah-hitam dan aku ga mau kalah dengan ngejagoin si garis-garis hitam-putih waktu itu k̶a̶r̶e̶n̶a̶ ̶p̶e̶m̶a̶i̶n̶n̶y̶a̶ ̶y̶a̶n̶g̶ ̶g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶. Puncaknya saat World Cup 2002, kita kompakan buat dukung Italy waktu itu (sayang ga menang) tapi terus dibales pas World Cup 2006 Italy yang jadi juaranya :D yeay! Selama kurun waktu itu (dari abang SMP sampai abang nikah) aku hafal hampir semua nama pembalap dan pemain bola asal Italy. Kenapa Italy doang? Entahlah... Abang cerita juga tentang negara-negara lain tapi yang nyangkut di hati cuma Italy ♥ dan impian terbesarku waktu itu adalah aku mau hidup di Italy suatu saat nanti ‎​\(´▽`)/‎​​

Namun semua berubah ketika negara api menyerang... Enggak ding... Semua berubah ketika abang udah nikah. Ga ada lagi cerita-cerita itu di rumah. Ditambah kesibukan masa SMA + nyiapin masuk kuliah, udah deh ilang semua nama-nama itu :( yang aku inget cuma pizza spagheti dan pasta-pasta lain yang sampe sekarang masih jadi makanan favoritku. Apalagi setelah aku kuliah di ITB, udah bener deh ilang sesuatu yang pernah jadi impian terbesarku itu. Padahal seharusnya kesempatan itu terbuka lebar lho buatku setelah kuliah disini. Tapi karena dipengaruhi oleh tekanan di bidang akademik maupun non-akademik yang kualami disini, yang mungkin menyebabkan aku kehilangan mimpiku itu, hmmm... atau lebih tepatnya aku takut untuk memimpikannya (lagi). 
Aku pengen ke Italy. Pengen banget! Tapi ya pengen-pengen aja. Udah gitu doang. Ga ada harapan lebih. Ga ada lagi impian yang menggebu-gebu buat mewujudkannya. Sangat kontra dengan apa yang selama ini aku gembar-gemborkan dalam berbagai tulisanku di sebuah majalah penyemangat anak SMA untuk masuk ITB, untuk selalu bermimpi dan mewujudkannya. Oke, kali ini kau boleh memanggilku munafik karena aku gabisa ngelakuin apa yang aku omongin sendiri. Dan aku cukup sedih karenanya.

Tiba-tiba aku teringat masa-masa aku kelas 3 SMA. Waktu itupun aku gapernah punya mimpi buat kuliah disini, tapi ngeliatin temen-temen sekelas yang punya mimpi buat kuliah di universitas favorit bahkan pengen kuliah di luar negri, akupun jadi terpacu buat punya mimpi yang nggak kalah tinggi!
Oke, begitu juga sekarang. Temen-temen kuliahku, makin macem-macem mimpinya. Si A yang lagi nabung karena pengen kuliah di Jepang langsung setelah lulus dari sini, Si B yang pengen jadi mapres biar bisa S2 sama S3 di MIT, Si C yang udah mulai belajar Bahasa Korea biar bisa kesana sesegera mungkin, Si D yang udah cari beasiswa sana-sini buat ngelanjutin kuliah di Belanda, sampe Si L yang udah latian backpackeran sendiri biar bisa jalan-jalan keliling dunia. Then, where am I? Masih stuck disini dengan kehidupan yang gitu-gitu aja. Pity, I said!

Sampai akhirnya... tiga hari yang lalu aku ke toko buku dan menemukan sebuah buku anak-anak yang ngingetin aku lagi ke mimpiku. Bukunya semacam cerita edukasi gitu. Judulnya "Ayo berkunjung ke Italia". Di dalemnya ada gambar 2 anak kecil yang lagi jalan-jalan dan ngenalin tempat-tempat wisata dan bersejarah yang ada di Italy, ada beberapa cerita singkat juga tentang tokoh-tokoh terkenal Italy. Aku baca sampai habis buku itu, di tempat itu, saat itu juga. Rasanya kayak nostalgia ke masa kecilku. Rasanya kayak aku diingetin "Hey Benny, ini lho kamu masih punya mimpi! Ayo dikejar! Ayo lari sampe ke Italy!"



Solo, 17 Agustus 2012. 

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!




kucoba menulis cerpen

No Comments »


Sudah hampir tiga jam aku tak beranjak dari kasur empukku. Daritadi yang kulakukan hanyalah gulung-gulung ga jelas ke kanan trus ke kiri trus ke kanan lagi. Kepala rasanya mau pecah, tapi inspirasi itu tak kunjung datang.Ya, disini aku sedang berusaha keras memeras otak untuk membuat sebuah cerita pendek, cerita fiksi lebih tepatnya. Suatu hal yang di masa laluku sangat mudah untuk kulakukan, namun kelihaianku dalam menuangkan ide-ide fiksi ke dalam rentetan kalimat itu meranggas seiring berjalannya waktu. Oke, akan kuceritakan sedikit. Masa-masa sekolah menengah adalah masa kejayaanku dalam menulis cerpen. Hampir tiap hari aku menulis tapi idenya terus saja mengalir ga habis-habis, mungkin karena waku itu aku juga sangat gemar baca novel, yah novel-novel remaja gitu lah yang sesuai dengan umurku. Tapi sekarang, entah karena masa ‘puber’ku yang sudah lewat, atau memang jenis bacaanku yang sudah beralih dari cerita-cerita fiksi khas remaja menjadi tulisan-tulisan non-fiksi serius penuh retorika ala mahasiswa. Harus kuakui memang, sekarang aku sudah sangat jarang membaca novel alih-alih kegiatanku di kampus yang memang lumayan menyita waktu. Hmm... Oke, kau bisa menyebutku pemalas untuk hal ini. Tapi kealfaanku dalam membaca novel kuimbangi dengan nonton beberapa serial drama yang ceritanya masih ala remaja, membaca blog teman-temanku, dan membaca tabloid-tabloid remaja tentu saja.

Jadi sekarang disinilah aku. Menatap nanar layar laptop tanpa tau mau menuliskan apa. Idenya sebenarnya sudah ada di ubun-ubun sampe mau tumpah, yang aku tak bisa adalah mentranskripkannya (transkripsi? oh oke, bahkan diksi-ku saja sekarang seperti ini) ke dalam barisan kata-kata yang dirangkai menjadi beberapa kalimat singkat namun bermakna. Di kepalaku ini sudah menari-nari seorang cowok ganteng tinggi besar idaman para wanita yang menunggu untuk kuceritakan, bahkan sekarang mungkin ia sudah lelah menari karena tak juga segera kuceritakan. Ah, kamar ini semakin pengap saja, mungkin aku butuh udara segar agar otakku bisa sedikit mencair. Kuputuskan untuk berjalan-jalan sebentar keluar rumah, suasana di jalan mungkin bisa memberikanku beberapa inspirasi.

                “Cherry...!” teriak mamaku seketika aku keluar dari kamar.
                “Iya ma... Ga usah pake teriak kenapa?” sahutku cuek sembari memakai jaket putih favoriku hadiah dari papa.
                “Abis kamu ini, tidur melulu kerjaannya di kamar,” komentar mama sedikit jutek.
                “Siapa juga yang tidur ma? Daritadi aku ngerjain tugas kok di kamar,” jawabku, agak sedikit bohong sebenarnya.
                “Mana ada liburan gini ngerjain tugas huuuuu... Eh, trus mau kemana kamu sekarang?” mama menatap jaket yang kupakai dan dopet ungu mungil yang kubawa.
                “Oh... ini... mau jalan-jalan bentar aja ma keluar, bosen di kamar terus, penat ngerjain tugas,” yak, dan aku masih kekeuh dengan alibiku ngerjain tugas, tapi bener kan, tugas bikin cerpen, pikirku.
                “Kemana? Kalau gitu sekalian ya, beli gula pasir tiga kilo sama teh celup dua kotak, di minimarket depan situ aja. Nanti sore ada temen mama yang mau main kesini, persediaan udah abis soalnya. Oke sayang?”
                “Buset deh ma, banyak banget. Berapa RT sih yang mau dateng?”
                “Ah, kan sekalian buat persediaan. Ini uangnya, jangan lupa kembaliannya ya,” mama menyodorkan selembar uang seratus ribuan kepadaku.
                “Yah, ini mah ga cukup ma, masa masih minta kembalian juga. Adapun kembaliannya, ya buat aku lah ma...”
                “Sudah jangan cerewet, cepat sana berangkat keburu sore,” mama mendorongku bergegas menuju pintu depan.
                “Iya iya ma...” aku mendengus pelan.

Minimarket di blok sebelah akhirnya jadi tujuanku, beberapa kotak susu UHT kesukaanku siapa tau juga bisa menambah sedikit kecerdasanku saat ini. Aku menyusuri jalan sepanjang kompleksku, tidak ada yang menarik. Cuma ada Bu RT yang rumahnya di ujung jalan yang sedang menyiram tanaman, selebihnya tak ada orang lain di sepanjang rumah-rumah yang kulewati, mungkin karena siang ini lumayan terik mataharinya. Aku belok ke kiri, menuju minimarket yang dimaksud. Kudorong pintu masuknya, hmmm... dingin.... Aku berjalan menyusuri rak-rak yang berjajar disana, kuambil tiga bungkus gula pasir dan dua kotak teh celup yang kebetulan tempatnya bersebelahan. Sambil melihat-lihat produk-produk yang dipajang di sepanjang rak (produk makanan tentu saja yang kumaksud) aku menuju lemari pendingin, kuambil lima kotak susu cokelat, ya , kesukaanku. Setelah membayar di kasir, kubuka kantong belanjaanku, mengambil sekotak susu di dalamnya dan langsung meminumnya tanpa ba-bi-bu. Dan saat aku mendongak, tepat di hadapanku sudah berdiri seorang lelaki yang mukanya agak masam karena hampir saja aku menabraknya. And hey! I just meet you... And this is crazy! Seketika lagu milik Carly Rae Jepsen itu terdengar jadi backsound di kepalaku. Dia ganteng banget! Seriously georgeous! Tepat seperti tokoh cowok yang menari di kepalaku selama ini. Aduh tampangku pasti keliatan bodoh banget saat ini dimatanya.

“Eh, maaf ya,” cuma itu yang keluar dari mulutku, padahal rasanya pengen langsung bilang ke dia ‘But this my number, so call me, maybe?’
“Oh iya gapapa,” balasnya, sambil senyum pula yang bikin lesung pipitnya keliatan.

Aku langsung berjalan menuju pintu keluar sebelum ketauan olehnya kalau pipiku merona akibat senyumannya. Sepanjang perjalanan ke rumah aku terus senyam-senyum ga jelas. Mama yang ngeliat aku pulang dengan muka girang seperti itu cuma bisa bengong. Setelah menyerahkan kantong belanjaan aku langsung bergegas masuk kamar, menuju laptop dan mulai mengetik.


I threw a wish in the well,
Don't ask me, I'll never tell
l looked to you as it fell,
And now you're in my way
I beg, and borrow and steal
Have foresight and it's real
I didn't know I would feel it,
But it's in my way
Your stare was holdin',
Ripped jeans, skin was showin'
Hot night, wind was blowin'
Where you think you're going, baby?
Before you came into my life
I missed you so, so bad
And you should know that
I missed you so bad
Hey, I just met you...
And this is crazy...

Wait...wait...wait... kok aku malah nulis puisi gini sih? kan aku mau bikin cerpen fiksi arrrgggghhhhhhhhhhh............!!!!!!!!!!!!


Solo, 8 August 2012
Hesti Nuraini

Karena aku takut patah hati, Tuan.

No Comments »

Bukankah sudah pernah kubilang padamu, Tuan? Jangan coba-coba menaruh hati padanya. Jauh-jauh hari aku sudah memberitahumu untuk tidak terlalu memikirkannya, tapi apa yang kau lakukan? Kau justru semakin dekat padanya, sampai akhirnya kau terjerat dan tak bisa lagi melepaskan ikatan yang sebenanya simpulnya kau ikatkan sendiri padanya. Bahkan saat kau mengatakan padaku bahwa kau sepertinya telah jatuh cinta padanya, aku sudah memberimu ultimatum untuk terus menjaga hatimu, untuk tidak hanyut dalam perasaanmu itu. Jangan naif, Tuan! Kau sendiri juga sudah tau kan sebenarnya bagaimana posisimu dimatanya? Tapi kau berupaya sok innocent. Ya, kau terlalu naif! Bahkan kau tidak menghiraukan logikamu sendiri. Sekarang jangan salahkan aku kalau kau patah hati. Salahkan dirimu sendiri! Jangan pula salahkan dia dan pujaan hatinya. Mereka tak bersalah. Kau tak punya hak untuk marah, karena kau sendiri yang telah memilih untuk jatuh hati padanya. Dia, orang yang tidak tepat untuk kau jatuhi cintamu. Tapi apa daya, tidak ada orang yang berhak untuk melarangmu jatuh cinta padanya, kan? Sekarang, itu hak-mu. Kau berhak untuk patah hati.




Garut, 17 Juli 2012

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

panggil aku pencemburu

No Comments »

dingin !
kuhirup udara malam yang menusuk langsung ke aorta tanpa tedeng aling-aling

nyeri !
jantung ini terhimpit keintiman yang terpampang jelas lima meter di depanku

sesak !
aku hampir gagal bernafas
paru-paruku kehilangan fungsi utamanya

tidak ! tidak sakit !
hanya perasaan tidak aman
hanya takut yang selalu mengikat
hanya takut ada yang akan merenggut
takut kehilangan

bukan... bukan...
bukan juga kehilangan
karena bahkan memilikimu saja aku tak pernah

kutanyakan ini mengapa
kutanyakan ini apa
keheningan menjawab...

kemudian merpati itu terbang...




Garut, 16 Juli 2012

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!