Behind The Scene "Essay for Asma Nadia Writing Workshop"

           Oke, sebenarnya saya tidak tau mau mulai darimana. Semua terjadi begitu cepat dan mengejutkan. Berawal dari informasi dari teman sekamar saya (Aida Roselina), malam itu hari senin, sepulang dari kampus dia bertanya, “Hesti udah tau mau ada workshop nulis bareng Asma Nadia besok Sabtu?” Saya menanggapi seadanya, bengong, “Hah? Workshop apaan? asmanadia apaan?” Ya, saat itu saya serius tidak mengerti apa maksudnya. Saya tidak tau bahwa ada acara workshop. Dan yang lebih perlu digaris bawahi adalah saya benar benar tidak tahu apa atau siapa itu Asma Nadia.
            Kemudian teman-teman sekamar saya (Rose dan Ririn) berbaik hati menjelaskan kepada saya mengenai acara workshop itu, syarat syarat nya, dan terutama mereka memberi tahu saya siapa itu Asma Nadia. Setelah itu saya langsung buka google dan langsung mengetikkan keyword “Asma Nadia”. Dan yang keluar adalah “Asma Nadia is a professional writer. She writes short stories, novels, and television scripts. She has published 40 best seller books since then, with more than 1000.000 copies distributed nationwide. ”
            Hah, betapa “cupu”nya saya. Orang sehebat ini bisa bisanya saya tidak mengenal. Mungkin memang pernah saya dengar namanya sekilas tanpa benar benar memperhatikan. Saya baca beberapa artikel mengenainya dan kemudian saya bertekad, “Saya harus bisa bertemu dengannya.” Tapi kemudian masalah datang, saya bingung harus menulis essay apa agar saya pantas untuk dipilih ikut acara ini dan besok deadline pengumpulannya. Satu menit, dua menit, satu jam, tidak ada inspirasi sama sekali. Sudah malam, saya beranjak tidur dan mengurungkan niat untuk menulis essay.
            Selasa, jadwal kuliah sangat padat. Hanya ada istirahat jam satu sampai jam dua siang. Selesai kuliah kimia dasar entah ada dorongan darimana saya langsung berlari ke perpustakaan. Sebelumnya saya memastikan kepada sang PJ tulis-menulis  (Anik) bahwa saya masih bisa kirim essay. Dalam waktu satu jam itu saya terus mengetik dan mengetik. Semua mengalir begitu saja padahal semalam semuanya terasa buntu. Tepat jam dua siang message sent to kak Wulan.
            Kamis malam lagi - lagi rose yang memberitahu saya bahwa saya yang dipilih untuk ikut workshop. Tapi saya sama sekali tak percaya, tapi kemudian Jumat pagi saat membuka mata sudah ada sms dari Anik yang isinya saya dan ketiga teman yang notabene kakak angkatan saya berhak mengikuti workshop itu. Rasanya lega, sangat amat lega. One-hour-essay itu mengantar saya ke Jakarta, bertemu sosok hebat (yang sebenarnya belum saya kenal). Setelah sebelumnya gagal ikut dalam acara launching buku bius, kali ini saya tidak akan menyia-nyiakan momen ini walaupun harus merelakan tidak ikut acara Semarak TPB di kampus, acara yang sebenarnya sangat saya tunggu-tunggu.
            Bahagianya saya mungkin belum ada apa apanya dibanding dengan kegembiraan ibu saya saat mendengar putrinya bisa ke ibu kota tanpa menyusahkan beliau.
           dan Hari-H. Akhirnya datang juga…

*thanks girls :)

Bandung, 11 November 2010
Hesti Nuraini


This entry was posted on December 24, 2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply