1 hari bikin buku - Asma Nadia Writing Workshop
Pelatihan Kepenulisan Terdepan di Indonesia
6 November 2010 – Jakarta Design Center (Slipi, Jakarta)
Bersama Asma Nadia (penulis 41 buku Best Seller) dan Isa Alamsyah (penulis buku motivasi yang produktif)
Sebelum acara dimulai, kami para peserta dimintai komitmen, komitmen yang sekilas terlihat berat namun sebenarnya tidak sulit untuk mewujudkannya. “Satu Buku Sebelum Mati” itu adalah komitmen yang harus kami pegang. Sederhana sebenarnya bila kita bisa mencermatinya baik-baik :
- Satu kata jadi satu kalimat
- Satu kalimat jadi satu halaman
- Satu halaman setiap hari
- Satu tahun satu buku
Dan Satu Buku Sebelum Mati mungkin membuat Anda abadi.
Hal diatas cukup membuat saya tersentak, sebesar itukah kekuatan sebuah buku hingga membuat seseorang abadi? Isa Alamsyah kemudian menjelaskan kehebatan buku yang lain. Sebuah buku berjudul The Last Lecture membuat Randy Pausch menjadi Worl’s top 100 Most Influential People 2008, padahal ia menulis buku itu tiga bulan sebelum hari kematiannya. Dan dari tiga bulan itu dia telah membuat dia dikenang bertahun-tahun sampai sekarang.
Buku punya kemampuan menggerakkan. Perlu contoh? The Prince karya Niccolo Machiavelli yang memuat isu utama tentang “apakah pemimpin sebaiknya dicintai atau ditakuti” dibaca oleh Napoleon Bonaparte yang kemudian juga menginspirasi Adolf Hitller dan menggerakannya untuk menguasai dunia karena dalam buku itu Machiavelli menegaskan bahwa pemimpin yang ditakuti lebih efektif darpada pemimpin yang dicintai pengikutnya. Dan itu membuktikan bahwa buku bisa mengubah dunia cause Book is Powerfull.
Dalam workshop ini Isa juga menjelaskan bahwa banyak sekali kentungan menulis baik segi finansial, waktu, tempat, peluang, kesempatan dan lompatan kerja. Bahkan menurut Asma Nadia, dari segi kepenulisan, menulis cerpen lebih sulit dari membuat buku. Karena ternyata ada banya cara untuk membuat buku. Dari yang hanya perlu sedikit menulis, membuat buku tanpa menulis buku, hingga membuat buku tanpa menulis sama sekali. Bagian ini yang paling mengejutkan saya. Ternyata selama ini buku yang sering kita lihat ternyata tidak sepenuhnya bahkan ada yang sama sekali tidak ditulis oleh si embuat buku.
Eh tapi jangan salah sangka dulu. Tidak menulis dalam hal ini bukan berarti pembuat buku hanya menjiplak atau meniru karya orang lain. Asma Nadia menjelaskan bahwa untuk membuat buku dengan sedikit menulis bisa dilakukan dengan cara menyusun, mengumpulkan, mengkliping, membuat sistematisasi atau klasifikasi dari data data atau artikel yang tersedia. Sedangkan untuk membuat buku tanpa menulis buku bisa dilakukan dengan cara mengkonversi antara lain skenario, pledoi, skripsi, surat, diary, artikel opini, makalah kuliah ataupun blog menjadi buku. Dan satu lagi yang paling luar biasa dan sama sekali tak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya yaitu menulis buku tanpa menulis sama sekali. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa! Mengkonversi ucapan, wawancara, talkshow, press conference, lagu/musik, kumpulan foto, gambar, logo, kartun atau karikatur menjadi buku adalah ide yang cemerlang bukan.
Dan bagi yang senang menulis baik fiksi maupun non fiksi, Asma Nadia juga berbagi beberapa tips dan trik. Workshop ini juga mengungkap rahasia buku best seller lho… “Best Seller is not about the quality of the book, it’s just about creativity.” Jadi tidak ada alasan lagi bukan untuk tidak membuat buku? Baik kalian yang senang menulis atau hanya punya ide tanpa bisa menuangkannya dalam kata-kata, kalian semua bisa kok membuat buku. “Satu Buku Sebelum Mati” tentunya tidak sulit untuk diwujudkan :D
Bandung, 11 November 2010
Hesti Nuraini