Sebuah Resolusi di Tahun 2015


Banyak orang yang menandai tahun baru dengan semangat baru. Tak sedikit pula yang menuliskan resolusi alih-alih menginginkan supaya harapan-harapan mereka dapat tercapai di tahun yang baru. Saya sendiri adalah orang yang tak pernah absen menuliskan daftar resolusi tiap tahunnya. Target yang ingin diraih selalu saya tuliskan poin tiap poin-nya. Dengan begitu saya selalu punya parameter keberhasilan sebagai pemicu semangat diri sepanjang tahun.
Untuk tahun 2015 saya masih belum (sempat mikir) membuat resolusi secara rinci target apa saja yang ingin diraih. Mungkin baru akan saya pikirkan beberapa hari ke depan. Namun ada satu poin besar yang saya garis bawahi untuk bisa saya laksanakan tahun ini (dan tahun-tahun selanjutnya), yaitu: Diam.
Ya, saya ingin lebih banyak diam di waktu yang akan datang. Diam dalam artian yang positif ya tentu saja. Yang saya maksud dengan diam adalah mengurangi dan kalau bisa menghilangkan berbicara yang tidak ada manfaatnya atau hanya akan menyakiti orang lain, riya’, ghibah, dan perkataan lain yang banyak mudharatnya.
Sebenarnya dalam 2-3 bulan terakhir saya sudah mulai melakukannya antara lain dengan cara mengurangi “berkicau” di social media. Setelah saya sadari ternyata ngepost di socmed itu kadang kebanyakan mudharatnya. Misalnya:
1. Ngepath untuk pamer lagi makan apa, liburan dimana, dan yang paling ngeselin adalah post selfi full-face muka sendiri, maksudnya apa? Mau pamer kecantikan diri yang tidak seberapa?
2. Ngetwit untuk ngomentarin suatu kejadian, nyindir orang, nyinyirin pemerintahan, atau cuma buat mengeluh.
3. Share berita negatif di FB, bahkan beberapa sampai menjurus ke fitnah dengan sumber berita yang kurang terpercaya.
4. Instagram poinnya hampir sama dengan poin 1.

Tentu saja tidak semua hal yang dipost di socmed itu mudharat ya. Banyak juga hal positif dan informasi-informasi penting yang bagus untuk diberitahukan untuk khalayak ramai. Seputar berita, info terkini, opini tentang isu yang sedang berkembang, atau event yang sedang berlangsung misalnya. Saya juga suka kok kalau ada temen yang ngeshare lagi makan apa dimana. Sangat informatif buat nambah wawasan kita tempat makan baru yang patut untuk dicoba. Tapi ya tau kan ya gimana bedanya antara informatif dan pamer? Dari caption aja pasti udah kebaca ;)
Tidak hanya post, komentar dalam suatu post pun juga patut untuk dikurangi. Saya berusaha untuk ga lagi komen nyampah di post temen, ga komen gosip, ataupun komen yang menyulut api. Haha tapi kalo saya sampe komen yang agak pedes ya itu perarti emang post-nya aja yang emang keterlaluan. Tapi insyaallah akan terus dikurangi kok emosi ini biar ga komen maupun ngepost hal negatif. Mending share info bermanfaat di blog post.
Hal ini juga tentu saja harus diterapkan dalam real-life ya! Ngegosip sama temen boleh, tapi jangan ngomongin orang lain, ngomongin tentang diri yang bersangkutan saja haha. Banyakin share ilmu daripada share gosip, baik artis maupun orang yang dikenal. Jangan ngomongin teman kuliah, rekan kerja, apalagi tetangga ya. Astaghfirullah. Lebih baik diam, banyak mendengar, dan perhatikan lingkungan sekitar untuk diambil hikmahnya.

Kalau kata Sherina Munaf sih, "Work for a cause, not for applause. Live life to express, not to impress".

Kalau kata mas Bryan Barcelona, "Kata-kata yang sengaja ditahan agar tidak terucap—karena takut menyakiti orang lain, kadang lebih memukau dibanding apapun. Kalahkan ego".

Dan kalau kata hadist “Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari Muslim)


Selamat Tahun Baru 2015!
Semoga semua yang bikin resolusi terpenuhi semua di akhir tahun.
Dan yang ga bikin resolusi semoga dikabulkan segala harapannya.
Aamiin.



*sumber gambar: LINE sticker.


Best regards,
Hesti Nuraini
Telecommunication Engineering 2010
Bandung Institute of Technology
+6285 647 332 442

Sent from Gmail

This entry was posted on January 01, 2015 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply