Tentang minta maaf, memaafkan, dan menyambung silaturahim.

Hari ini saya belajar lagi tentang makna minta maaf dan memaafkan. Terkadang kita harus minta maaf bukan hanya semata-mata karena kita bersalah. Terkadang meskipun kita tidak bersalah tetapi perilaku kita telah membuat orang lain bersedih. Bukankah meminta maaf itu wajib hukumnya ketika telah membuat orang lain bersedih? Apalagi jika kata maaf tersebut bisa membawa perdamaian.

Jadi untuk apa merasa sungkan untuk meminta maaf duluan? Untuk apa merasa kalah jika meminta maaf duluan? Bukankah pihak yang berlapang dada meminta maaf terlebih dahulu membuktikan bahwa dia menang? Menang atas egonya sendiri, menang atas kedewasaan dirinya.

Tentu saja pihak yang berbesar hati untuk memaafkan juga menjadi pemenang. Menang atas keikhlasannya. Pada akhirnya, tidak ada kata siapa yang kalah dalam minta maaf dan memaafkan bukan? Tidak ada benar dan salah pun, yang perlu hanyalah keikhlasan.

Dan bukankah maaf itu adalah salah satu pintu penyambung tali silaturahim? Silaturahim itu wajib kan dalam Islam?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menyambung silaturahim."

Dengan bersilaturahim, Allah akan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur kita. Sebaliknya, orang yang memutuskan silaturahim, Allah akan sempitkan rezekinya atau tidak diberikan keberkahan pada hartanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silatuahim." (HR. Bukhari)

Adapun haramnya memutuskan silaturahim telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ.
"Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahim."


Jadi untuk apalagi menunggu untuk meminta maaf wahai kamu kaum keras kepala?


Jakarta, 22 Juli 2015

Best regards,
Hesti Nuraini
Telecommunication Engineering 2010
Bandung Institute of Technology

This entry was posted on July 22, 2015 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply