Karena aku takut patah hati, Tuan.

Bukankah sudah pernah kubilang padamu, Tuan? Jangan coba-coba menaruh hati padanya. Jauh-jauh hari aku sudah memberitahumu untuk tidak terlalu memikirkannya, tapi apa yang kau lakukan? Kau justru semakin dekat padanya, sampai akhirnya kau terjerat dan tak bisa lagi melepaskan ikatan yang sebenanya simpulnya kau ikatkan sendiri padanya. Bahkan saat kau mengatakan padaku bahwa kau sepertinya telah jatuh cinta padanya, aku sudah memberimu ultimatum untuk terus menjaga hatimu, untuk tidak hanyut dalam perasaanmu itu. Jangan naif, Tuan! Kau sendiri juga sudah tau kan sebenarnya bagaimana posisimu dimatanya? Tapi kau berupaya sok innocent. Ya, kau terlalu naif! Bahkan kau tidak menghiraukan logikamu sendiri. Sekarang jangan salahkan aku kalau kau patah hati. Salahkan dirimu sendiri! Jangan pula salahkan dia dan pujaan hatinya. Mereka tak bersalah. Kau tak punya hak untuk marah, karena kau sendiri yang telah memilih untuk jatuh hati padanya. Dia, orang yang tidak tepat untuk kau jatuhi cintamu. Tapi apa daya, tidak ada orang yang berhak untuk melarangmu jatuh cinta padanya, kan? Sekarang, itu hak-mu. Kau berhak untuk patah hati.




Garut, 17 Juli 2012

Hesti Nuraini
18110030
Teknik Telekomunikasi 2010
Institut Teknologi Bandung

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

This entry was posted on August 03, 2012 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply